Catatan Kelam Bank Kulit Israel, Tanpa Persetujuan Donor Hingga Pencurian Organ dari Jenazah Warga Palestina

23 November 2023, 14:27 WIB
Ilustrasi. Warga Palestina yang sedang dishalatkan. /Jordannews/

KABAR PRIANGAN - Israel memiliki bank kulit terbesar di dunia, sebuah fasilitas medis yang menyimpan kulit manusia untuk kemudian digunakan dalam mengobati luka bakar dan kanker kulit. Bank ini didirikan pada tahun 1986 dibawah pengawasan sektor medis militer tentara penjajah yang menyediakan layanannya secara internasional, terutama untuk permintaan dari negara-negara Barat.

Darimana Israel Mendapatkan Inventaris Kulit Manusia Ini?

Pakar urusan Israel, Anas Abu Arqoub, mengatakan, "Bank kulit Israel adalah yang terbesar di dunia, melebihi bank kulit Amerika yang didirikan 40 tahun sebelumnya, dengan catatan populasi Israel jauh lebih kecil dari Amerika Serikat." Arqoub menekankan bahwa pencurian organ tubuh dari mayat-mayat Palestina bukan hanya sekedar kecurigaan, dengan menyatakan, "Bahkan media Israel pun mengakui bahwa ini adalah proses pengambilan tanpa sepengetahuan keluarga korban."

Dilansir dari JordanNews, cadangan kulit manusia yang dimiliki oleh negara pendudukan Israel, setara dengan 170 meter persegi, yang disimpan di dalam bank kulit Israel, mengkonfirmasi laporan Arqoub. Jumlah tersebut dianggap tidak masuk akal karena Israel berada di urutan ketiga dalam hal penolakan penduduknya untuk mendonorkan organ tubuh, yang dikaitkan dengan keyakinan agama Yahudi.

Baca Juga: Israel Terus Bombardir Gaza Meski Gencatan Senjata Telah Disepakati

Menyerahkan Jenazah Palestina ke Keluarganya Tanpa Organ Lengkap

Rincian cerita ini bermula pada tahun 2001 ketika jurnalis investigasi Swedia, Donald Boström, mempublikasikan sebuah investigasi yang mengungkap pencurian organ tubuh dari tubuh para martir Palestina dan perdagangan organ tersebut oleh entitas Israel. Ini adalah pertama kalinya kejahatan ini terungkap ke publik internasional. Boström tidak berhenti sampai di sini, namun menerbitkan investigasi lain tentang hal yang sama pada tahun 2009 di halaman majalah Swedia "Aftonbladet".

Investigasi tersebut menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan Israel meluncurkan kampanye nasional untuk mendorong donasi organ pada tahun 1992. Namun, meskipun demikian, kesenjangan yang signifikan tetap ada antara permintaan dan pasokan donasi. Bertepatan dengan kampanye tersebut, kasus-kasus hilangnya beberapa pemuda Palestina dimulai, hanya untuk kemudian kembali dalam peti mati tertutup. Pihak berwenang Israel memaksa keluarga mereka untuk menguburkan jenazah pada malam hari tanpa upacara pemakaman.

"Saya berada di wilayah tersebut pada saat itu, dan pada beberapa kesempatan, karyawan PBB menghubungi saya karena prihatin dengan perkembangan yang terjadi. Orang-orang yang menghubungi saya mengatakan bahwa pencurian organ tubuh memang terjadi, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkap Boström. Kontak-kontak ini mendorong sang jurnalis untuk menyelidiki lebih jauh masalah ini, sehingga ia pergi untuk mewawancarai keluarga korban yang mengkonfirmasi pencurian organ tubuh anak-anak mereka sebelum mereka dibunuh.

Baca Juga: Israel Mulai Rasakan Dampak Serangan ke Palestina, Pertimbangkan Tutup 6 Kementerian Demi Danai Perang di Gaza

Di antara mereka adalah putra martir Bilal Ahmed Ghannan, yang berusia 19 tahun ketika tentara Israel menangkapnya di desa Um al-Tut di Tepi Barat pada tahun 1992. Dia kembali dengan tubuh tanpa organ dalam, dari leher hingga ke bawah perut.

Otoritas medis Israel tidak menyangkal adanya penyiksaan dan pencurian organ tubuh Bilal. Saat itu, direktur Institut Kedokteran Forensik Israel, Chen Kugel, mengatakan bahwa keluarga Bilal bisa jadi benar karena mereka "mengambil semua yang bisa diambil dari semua tubuh yang datang ke Institut Kedokteran Forensik" tanpa persetujuan keluarga. Keluarganya tidak menerima penjelasan, permintaan maaf, atau kompensasi atas apa yang terjadi.

Israel Akui Pencurian Organ Tubuh Warga Palestina

Dalam sebuah film dokumenter tahun 2009 tentang kasus ini, terdapat pengakuan dari mantan direktur Institut Kedokteran Forensik Israel, Yehuda Hiss yang membenarkan adanya pencurian organ tubuh dari tubuh warga Palestina di institut tersebut. "Kami mengambil kornea mata, kulit, katup jantung, dan tulang... Hampir semuanya dilakukan secara tidak resmi untuk sebagian besar... dan tidak ada izin dari keluarga,” kata Hiss.

Baca Juga: Jadi Sponsor hingga 2030, Qatar Airways Teruskan Kerja Sama Mitra Maskapai Penerbangan Global dengan FIFA

Dalam studinya tentang penanganan jenazah warga Palestina di Pusat Kedokteran Forensik Abu Kabir di Tel Aviv, yang diterbitkan dalam sebuah buku berjudul "On Their Bodies," antropolog Meirav Feis menyatakan bahwa ia menyaksikan bagaimana mereka mengambil organ tubuh dari jenazah warga Palestina. Sebagai gantinya, mereka membiarkan tubuh para tentara tetap utuh.

Peneliti tersebut menambahkan, "Mereka mengambil kornea, kulit, dan katup jantung dengan cara yang membuat ketiadaan organ-organ tersebut tidak diketahui oleh orang yang bukan spesialis. Mereka mengganti kornea dengan badan plastik dan membuang kulit dari bagian belakang sehingga keluarga tidak melihatnya. Selain itu, tubuh orang yang meninggal digunakan di sekolah-sekolah kedokteran di universitas-universitas Israel untuk tujuan penelitian," ungkap Feis.

"Pada intifada pertama, tentara secara efektif mengizinkan lembaga tersebut mengambil organ tubuh warga Palestina di bawah prosedur militer yang mengharuskan membedah mayat tawanan Palestina. Prosedur autopsi disertai dengan pengambilan organ tubuh yang digunakan oleh bank kulit Israel, yang didirikan pada tahun 1985 untuk mengobati luka bakar yang diderita oleh tentara Israel,” jelas Feis.

Baca Juga: Hari ke-47 Rangkuman Peristiwa Penting Perang Israel-Hamas, Rabu 22 November 2023

Perdagangan Organ Tubuh Korban Palestina

Israel merupakan salah satu pasar terbesar untuk perdagangan organ tubuh manusia di dunia, dan terbesar di Timur Tengah. Laporan-laporan media mengungkapkan bahwa entitas Israel terlibat dalam pembunuhan warga Palestina untuk mencuri organ-organ dalam mereka secara ilegal dan memperdagangkannya dalam jaringan internasional ilegal.

Pada tahun 2009, Biro Investigasi Federal AS (FBI) menangkap seorang pemukim Israel bernama Levy Izhak Rosenbaum. Setelah menyelidikinya, terungkap bahwa ia berperan sebagai makelar dalam operasi penjualan organ di Amerika Serikat untuk kepentingan sel kriminal yang dipimpin oleh para rabi, politisi, dan pejabat pemerintah di Israel.

Wartawan Donald Boström, dalam investigasinya yang telah disebutkan di atas, menunjukkan adanya hubungan antara jaringan ini dengan pencurian organ tubuh para syuhada Palestina yang terjadi di "Israel". "Setengah dari ginjal yang ditransplantasikan kepada warga Israel sejak awal dekade pertama abad ke-21 dibeli secara ilegal. Otoritas kesehatan Israel memiliki pengetahuan penuh tentang kegiatan ini tetapi tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya," papar Boström.

Baca Juga: Fantastis! Israel Keluarkan Biaya Rp 419 Triliun Setiap Hari untuk Perang dengan Hamas di Palestina

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Israel "Haaretz" pada tahun 2016, Israel mengakui telah kehilangan puluhan jenazah warga Palestina. Surat kabar tersebut mengutip pernyataan dari sumber-sumber di lembaga peradilan dan keamanan Israel tentang hilangnya 121 mayat warga Palestina yang ditahan oleh otoritas pendudukan sejak tahun 1990-an.

Disinyalir Pencurian Organ Tubuh Terus Berlanjut hingga 2023

Setelah meledaknya skandal pencurian organ tubuh pada tahun 2009, pemerintah Israel berusaha menghindari tuduhan yang telah terbukti terhadap mereka. Juru bicara Kementerian Kesehatan Israel saat itu, Einav Shimron Greenboim, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Praktik yang disebutkan dalam investigasi adalah cerita lama yang sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu."

Keraguan masih ada tentang kelanjutan dari praktik-praktik tidak etis yang melanggar hak asasi manusia ini, seperti yang ditunjukkan oleh pihak berwenang Israel yang terus menahan puluhan mayat orang Palestina yang tewas, dengan alasan sebagai tindakan hukuman.

Menurut Abdel Nasser Farwana, kepala Unit Studi dan Dokumentasi di Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, Israel masih menahan lebih dari 370 mayat warga Palestina dan Arab yang meninggal dalam keadaan dan tahun yang berbeda. “Daftar para martir yang ditahan ini mencakup orang-orang yang meninggal sejak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 2023," ujar Abdel Nasser.***

Editor: Helma Apriyanti

Tags

Terkini

Terpopuler