Pelajar dan Maha Siswa Pangandaran Soroti Tata Niaga Pertanian di Pangandaran yang Tak Sehat

1 Maret 2021, 06:30 WIB
Seorang petani sedang beraktivitas di sawah di areal pertanian kawasan Pangandaran /kabar-priangan,com/ Agus Kusnadi/

KABAR PRIANGAN - Tata niaga hasil bumi dan pertanian di Kabupaten Pangandaran yang belakangan ini dipandang tidak sehat, berdampak buruk pada nasib petani.

Hal tersebut dilontarkan Ilham Hamdani (18) siswa Kelas XII SMAN 1 Parigi saat berdiskusi di Kedai Kopi Innovative, Kecamatan Parigi, Minggu (28/2/2021).

"Secara teori tata niaga merupakan salah satu pemasaran hasil produksi bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen," kata Ilham.

Baca Juga: Atalia Praratya Kamil Lantik Ketua TP PKK 5 Kabupaten/ Kota, Ida Nurlaela: Jalani Dengan Ikhlas

Ilham menambahkan, petani saat ini banyak yang mengeluh kesulitan ekonomi dengan alasan hasil penjualan tidak maksimal.

"Pendapat saya, kesulitan ekonomi yang dihadapi petani bukan disebabkan hama atau penyakit tanaman, tetapi tata niaga yang kurang adil," ujarnya.

Sementara itu siswa Kelas XII SMAN 1 Parigi lainnya Ihsan, menyebutkan, petani merupakan aktor terpenting dalam rantai produksi beras nasional.

Baca Juga: Mengenal Band Perempuan Bergenre Metal Asal Banjarwangi, Garut

"Namun petani menjadi kalangan terlemah dalam rangkaian pasar hasil bumi," kata Ihsan.

Ihsan menambahkan, hasil panen petani seperti harga jual padi dan beras ditentukan oleh pengepul yang memiliki modal untuk membeli hasil bumi petani.

"Harusnya petani menjadi pihak yang menentukan harga pangan lantaran mereka yang mengetahui berapa modal produksi dalam satu musim," ujarya.

Baca Juga: Menghadapi Babak Kualifikasi Tim Bola Voli Porprov Putri Sumedang Melakukan Latihan Dilapangan Cambora

Ihsan menuturkan, petani mrrupakan kaum terhormat karena tidak digaji pun pergi keladang untuk menggarap sawah dan kebutuhan. Mereka murni berusaha dari keringat dan tenaga yang sudah dilakukan.

"Perlu ada kajian dan analisa yang maksimal untuk memutus mata rantai transaksi yang tidak sehat agar petani makmur dan kebutuhan pangan tetap stabil," tuturnya.

Ihsan berharap, pemerintah berperan aktif untuk melindungi petani dari kondisi transaksi yang tidak sehat tersebut.

Baca Juga: Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya KH. Atam Rustam : Ungkap Dalang Pemotongan Bansos!

Ketika pemerintah sudah memiliki peran, tunjukkan bagian mana yang sudah dilakukan dan apa hasilnya," kata Ihsan.

Ihsan berpesan, regulasi dalam melindungi petani jangan hanya sebuah lembaran tulisan yang bukan realita agar petani sejahtera.

Sedangkan Milna (28), maha siswi Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung asal Pangandaran mengatakan, persoalan petani di Pangandaran yang tidak sejahtera, lantaran kurang maksimalnya advokasi atau perlindungan yang dilakukan pemerintah.

Baca Juga: Warga Terpapar Covid Jangan Dikucilkan

"Seharusnya pemerintah bisa menggabungkan antara pertanian dengan pariwisata agar melahirkan agrowisata," kata Milna.

Milna menambahkan, saat masyarakat menanam sebuah komoditas pertanian, seharusnya pemerintah hadir membantu memberikan pencerahan pasar yang layak

Baca Juga: Hari Ini, Bupati Beserta Keluarga dan Wakil Bupati Ciamis Terpapar Virus Korona.

"Dalam menentukan harga pun jangan dimonopoli oleh kalangan tengkulak saja, libatkan petani dalam sebuah penentu kesepakatan harga," kata Milna.***

PETANI sedang beraktivitas di sawah. Tata niaga atau pemasaran hasil bumi petani di Kabupaten Pangandaran yang tak sehat, menjadi salah satu indikator buruknya perekonomian petani.*

 

Editor: Sep Sobar

Terkini

Terpopuler