Menolak Pakai Ambulans, Pasien Covid-19 di Garut Diantar Menggunakan Sepeda Motor

10 Juni 2021, 19:55 WIB
Menolak diantarkan dengan menggunakan ambulans, seorang warga terpapar Covid-19 di Desa/ Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut terpaksa diantarkan petugas dengan dibonceng menggunakan sepeda motor. /kabar-priangan.com/ Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Menolak untuk diantarkan dengan menggunakan mobil ambulans, seorang warga yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 terpaksa diantarkan dengan
dibonceng menggunakan sepeda motor.

Peristiwa cukup menghebohkan itu terjadi di wilayah Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Kamis 10 Juni 2021.

Kepala Desa Cisewu, Udan Rukmana membenarkan ada kejadian seperti itu di wilayahnya. Hal ini bermula dari pemeriksaan yang dilakukan petugas Puskesmas terhadaop salah seorang warga yang mengalami gejala sakit.

Baca Juga: Guna Memutus Penyebaran Covid- 19, Seluruh Pegawai di Lingkungan Setda Garut Jalani Tes Swab

Setelah melalui pemeriksaan antigent, tutur Udan, warga berjenis kelamin perempuan itu dinyatakan terkonfirmasi positif terpapar Covid-19.

Petugas pun kemudian berniat mengantarkan yang bersangkutan untuk pulang dengan menggunakan mobil ambulance milik Puskesmas.

"Namun anehnya, saat mau diantarkan oleh petugas dengan ambulance, wanita itu tak mau. Sejumlah petugas termasuk yang dari Koramil telah berupaya membujuknya agar ia mau diantarkan dengan menggunakan ambulans akan tetapi ia bersikukuh menolak," ujar Udan saat dihubungi Kamis 10 Juni 2021.

Baca Juga: Warga Garut Temukan Mayat Bayi dalam Ransel Tergeletak di Selokan, Ada CD dan Obat Perangsang di Dalamnya

Dikatakannya, wanita itu beralasan tak mau diantarkan menggunakan ambulance karena takut membuat tetangganya gempar dan ribut.

Selain itu, dia mengaku virus yang ada di tubuhnya itu malah kian beredar luas di sepanjang jalan yang ia lalui ketika hendak pulang.

Padahal menurut Udan, justru jauh akan lebih aman jika warga itu diantar petugas pulang dengan menggunakan ambulance. Namun ia bersikukuh mau diantar petugas apabila dibonceng dengan menggunakan sepeda motor.

Baca Juga: Innalillahi, Anggota DPRD Garut Meninggal Dunia Karena Covid-19

Hingga akhirnya, salah seorang petugas Puskesmas mengalah dan menuruti keinginan perempuan itu dengan mengantarkannya pulang menggunakan sepeda motor.

Karena sikap wanita itu yang bersikukuh, petugas berpakain APD lengkap pun kemudian mengantarkannya pulang untuk kemudian menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

Udan mengaku sangat menyesalkan hal tersebut karena apa yang dilakukan warga itu sangat rentan terhdap penyebaran Covid-19 di daerahnya.

Menurutnya, seharusnya setiap warga yang terpapar Covid-19 mendapatkan penanganan yang ketat.

Baca Juga: Fadli Zon Kenang Pak Harto: Orang yang Menyelamatkan Indonesia dari Komunisme

Ia mengungkapkan, dalam sepekan terakhir ini kasus Covid-19 yang terjadi di desanya mengalami lonjakan. dalam sepekan, sudah da 28 warganya yang terkonfirmasi positif Covid-19 sehingga menimbulkan kekhawtiran.

Menurutnya, isolasi mandiri di rumah yang dilakukan terhadap warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 pun sangat berisiko. Oleh karenanya, saat ini pihak pemerintah desa sedang menyiapkan tempat isolasi mandiri khusus.

Sementara itu Camat Cisewu, Hery, mengatakan jika pihaknya telah menyampaikan kepada Kepala Puskesmas Cisewu terkait keputusan hasil rakor (rapat koordinasi) tingkat kecamatan yang dilaksanakan 7 Juni 2021.

Hasil rakor di antaranya menyatakan setiap warga yang datang untuk menjalani pemeriksaan swab di Puskesmas dan selanjutnya harus menjalani isolasi maka harus diantarkan dengan mobil ambulans.

Baca Juga: Lumpuh Sejak Lahir, Nazalla Dapat Bantuan Kursi Roda dari Wakil Bupati Garut

"Rakor tersebut dihadiri seluruh unsur Muspika Cisewu termasuk Kepala Puskesmas. Apa yang menjadi hasil putusan rakor pun sudah tertuang dalan berita acara sehingga ini keputusan resmi yang harus dilaksanakan," kata Hery.

Makanya, tambah Hery, begitu mendapat lalporan ada warga terkonfirmasi positif yang pulang dengan diantarkan petugas menggunakan sepeda motor, ia meras kaget. Selanjutnya, ia mengkonfirmasikan hal itu ke Kepala Puskesmas yang juga ternyata membenarkannya.

Dituturkannya, berdasarkan keterangan Kepala Puskesmas, sebenaranya pihak Puskesmas saat itu sudah siap mengantarkan warga tersbut dengan menggunakan ambulance akan tetapi yang bersangkutan malah menolaknya.

Adapun alasan warga menolak diantarkan dengan ambulans, ia merasa malu oleh tetangganya karena ia pulang ke daerah perkampungan yang warganya masih mempunyai stigma negatif terhadap warga yang terppar Covid-19.

Baca Juga: Pengurusan Jenazah Covid-19 di RSUD dr Slamet Garut Sudah Sesuai Aturan

Ketika ada stigma negatif dari para tetangganya, warga itupun mengaku takut berdampak terhadap kondisi kesehatannya karena sugesti.

Keinginan warga, ketika ada yang terpapar Covid-19, sebaiknya dirahasiakan sehingga tetangganya tak ada yang tahu.

Disebutkan Hery, sikap masyarakat seperti itu tentu menjadi tantangan bagi pemerintah setempat termasuk Tim Satgas Covid-19 untuk terus memberikan edukasi. Diharapkan ke depannya stigma buruk masyarakat terhadap warga yang terpapar Covid-19 bisa berubah.

Baca Juga: Warga Tasik Dilarikan ke RSUD Setelah Salah Minum, Dikira Air Putih Ternyata Cairan Thinner

Lebih jauh ia menerangkan, petugas yang mengantarkan warga yang terpapar Covid-19 itu merupakan relawan desa yang berinovasi guna mencari solusi akibat banyaknya warga yang terpapar Covid-19 yang tidak mau diantarkan oleh mobil ambulans.

Hal ini juga berkaca pada pengalaman sebelumnya dimana saat ada warga terpapar Covid-19 yang dijemput dengan menggunakan ambulans dan mendapatkan pengawalan petugas, telah menimbulkan shok terhadap masyarakat terutama pasien Covid-19.

"Dalam kasus ini, memang terjadi unsur kelemahan Satgas di Puskesmas dengan mengantar warga terpapar Covid-19 dengan menggunakan sepeda motor. Tapi petugas yang memboncengnya juga sudah mengenakan APD lengkap yang disedikan pemerintah desa," ucap Hery.***

 

Editor: Sep Sobar

Tags

Terkini

Terpopuler