KABAR PRIANGAN – Dalam dua bulan terakhir ini, petugas pemakaman jenazah Covid-19 Kota Tasikmalaya, setiap harinya sibuk memakamkan jenazah covid -19 di TPU Aisha Rashida, Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya.
Mereka diharuskan menggunakan APD lengkap saat bertugas melakukan proses pemakaman jenazah covid sesuai tupoksi masing-masing.
Mereka, para petugas pemakaman ini ada yang bertugas menguburkan, petugas penyemprot disinfektan, serta seorang ustad yang tentu saja memimpin prosesi pemakaman.
Baca Juga: 16 Peringatan Hari Besar di Bulan Agustus. Hari Kemerdekaan RI, Ulang Tahun ASEAN, HUT TVRI
Dengan APD yang lengkap, tentu orang lain tak akan tahu siapa-siapa saja mereka yang berada di balik APD tersebut.
Namun siapa sangka, saat mereka mulai melepas APD-nya masing-masing, ada petugas pemakaman yang ternyata seorang wanita.
Petugas pemakaman berparas cantik ini bernama Tri Yuliani (23). Selama ini Tri Yuliani memang tercatat sebagai anggota Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya di bagian pemakaman Pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Baca Juga: Mulai Agustus, SIM C Terbagi Tiga Menjadi SIM C, SIM C1, dan SIM C2
Kepada wartawan Tri Yuliani mengaku, sejak bergabung di satgas covid-19 Kota Tasik dirinya sudah sering terlibat dalam proses pemakaman jenazah covid-19
"'Sudah tak terhitung saya ikut bertugas memakamkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia," ujar Tri yang bertugas sebagai penyemprot disinfektan, Minggu, 1 Agustus 2021.
Awalnya ujar dia, dirinya sempat merasa takut atas pekerjaan yang memang tak biasanya dilakukan oleh perempuan tersebut.
Namun karena ada dorongan kemanusiaan, Tri akhirnya mencoba ikut ambil bagian dan akhirnya terbiasa.
"Awalnya sih memang sempet ada rasa ngeri juga. Masa sih aku perempuan jadi petugas pemakaman. Apalagi ini pasien Covid-19," ujar dia.
Namun karena sudah masuk tim satgas, ujar dia, apapun resiko pekerjaannya harus dia jalani. Apalagi setelah berdiskusi bersama anggota tim, dirinya diberi tugas sebagai penyemprot disinfektan.
"Pas awal sambil berdoa saya mulai mengenakan perlengkapan APD satu per satu. Mulai dari hazmat (pakaian), sepatu bot hingga faceshield," ujar Tri menceritakan pertama kali jadi anggota tim pemakaman.
Saat pertama kali memakai APD lengkap, dia mengaku sangat tersiksa karena tak ada ventilasi sehingga tubuhnya kepanasan.
“Kalau ada celah kan sama aja bohong. Kan APD harus bisa steril dari paparan virus," kata Tri.
Baca Juga: Lesti Kejora dan Rizky Billar Sudah Menikah Diam-diam, Benarkah? Ini Jawaban Sang Ayah
Mulai saat itu kata dia, dirinya sering berangkat menuju lokasi pemakaman di TPU Aisha Rashida Tamansari Kota Tasik.
Tri pun sering memilih ikut naik mobil ambulans pembawa jenazah. Sesampainya di komplek pemakaman, perasaan takut memang sempat penyerangnya. Terlebih pelaksanaan pemakaman sering dilakukan hampir tengah malam.
Namun setelah melihat rekan-rekan se-timnya mulai sibuk dengan tugas masing-masing, Tri pun langsung terjun sebagai petugas penyemprot.
Baca Juga: Lima Syarat Mendapatkan Bantuan Subsidi Upah dan Mekanismenya, Cek Disini
"Saya melakukan penyemprotan mulai menyemprot liang lahat sebelum jenazah dikubur hingga menyemprot peti jenazah saat keluar dari ambulans," ujar Tri.
Tak sampai di situ, petugas yang ada juga harus mendapat penyemprotan, termasuk ambulans beserta interiornya setelah peti jenazah diangkat keluar.
"Sekarang sudah tak terhitung berapa kali saya ikut tugas pemakaman jenazah Covid-19. Sudah biasa lagi," kata Tri.
Tri pun mengaku dirinya tak malu jadi petugas pemakaman jenazah Covid-19. Bahkan ia merasa bangga dengan profesi yang tidak pernah ditekuni perempuan.
"Ya saya bangga pak, apalagi pekerjaan saya ini lebih kepada sisi kemanuasiaan mengurus orang yang meninggal," katanya.***