Perintis Kebaya Bordir Tasik Adalah Hj Umayah, Siapa Beliau? Begini Kata Budayawan

22 Agustus 2021, 19:42 WIB
PARA tamu dan pengisi acara usai launching buku antologi puisi 115 Penyair Indonesia:Kebaya Bordir untuk Umayah di hotel Amaris. * /kabar-priangan.com/Irman Sukmana/

KABAR PRIANGAN - Antusiasme lebih dari 200 penyair di seluruh Indonesia yang turut berpartisipasi dalam merealisasikan terbitnya buku antologi puisi 115 Penyair Indonesia : kebaya bordir untuk umayah.

Hal itu menjadi pertanda bila keberadaan produk ikonik UMKM itu sudah cukup terkenal. Hj. Umayah sendiri di mata Sanggar Golewang bersama Five Thousand Network (FTN) yang menginisiasi penerbitan buku itu merupakan pelopor penggerak perekonomian di kota santri yang bertahan hingga kini.

Kreasi Hj Umayah dalam memelopori revolusi budaya warga Kampung Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya dari agraris ke indutri layak diapresiasi. Sebab kiprahnya cukup memberi andil bagi ribuan masyarakat di Tasikmalaya. Meski usah bordir kini tak semegah nama dan geliatnya, penghargaan terhadap sosok Umayah sangat layak untuk dikenang.

"Bagaimanapun, Hj Umayah telah memberi karya nyata dalam mengisiniasi perkembangan ekonomi di Tasik dan tanah air. Apalagi bordir bukan melulu soal pulus maupun derap, ekonomi kerakyatan. Lebih dari itu ada warisan harta karun berupa nilai kebudayaan yang harus dipelihara bersama, " ujar Ridwan Nurfaozan S. Pd, salah seorang inisiator pembuatan buku antologi puisi 115 Penyair Indonesia : Kebaya Bordir untuk Umayah saat dilaunching di Amaris Hotel Tasikmalaya, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Baca Juga: Pengusaha Bordir Tasikmalaya Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid, Begini yang Mereka Lakukan

Menurut Ridwan yang juga Anggota Komisi IV DPRD Tasikmalaya, usaha bordir Tasikmalaya ini memang tak sehebat dulu, dimana banyak perajin yang kini guling tikar.

Namun sepak terjang Umayah harus kembali diungkap agar menjadi semangat dan motivasi bagi para perajin dan generasi muda untuk kembali bangkit.

Acara itu turut dihadiri Ketua DPRD kota Tasikmalaya, H. Aslim SH, Hj. Rukmini Yusuf (istri plt Walikota), Asep Gofarullloah (Asda I Setda Pemkot), H. Budiman Sanusi ( Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya), H Hadian (Kepala Dispora Budpar Kota Tasikmalaya), Acep Zamzam Noor dan Eriyandi Budiman (Budayawan), perwakilan, keluarga Hj. Umayah sejumlah budayawan dan lainnya.

Selain turut diisi diskusi budaya, penampilan Wit Jabo yang membacakan puisi berjudul "Kebaya Bordir untuk Umayah" karya penyair Yustan Arifin pun cukup mencuri perhatian. Di iringi petikan kecapi Andi Katara Badranaya, tamu yang hadir terlihat terpesona.

Baca Juga: Diyakini Bikin Lezat Ketupat, Jelang Lebaran Air Tanjung Kawalu Mulai Diserbu Warga

Peluncuran buku itu menurut Ketua Panitia, H. Pepen Supriatna, didukung berbagai pihak. Selain para sastrawan dan budayawan juga difasilitasi anggota Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya, Ridlwan Nurfaozan, S.Pd dan Dispora Budpar Kota Tasikmalaya. Hj. Umayah yang lahir pada tahun 1902 mengenal dan mengembangkan usaha bordir setelah ia mengenyam pendidikan di Jakarta.

Atas rekomendasi orangtuanya H. Musa dan H. Siti Maryam, Umayah yang sebelum ke Mekah bernama Ratnaningsih itu mempelajari mesin singer dari, seorang pengusaha Tionghoa. Setelah kembali ke Tasik, ia lantas mengembangkan usaha hingga eksis dan menjadi ladang, penghasilan ribuan orang.

“Atas dasar itulah maka kami menginisiasi sebuah bentuk apresiasi terhadap Hj Umayah yang menjadi pionir ekonomi kreatif, kebaya bordir Tasikmalaya lewat karya sastra,” ujar H. Pepen Supriatna, ketua FTN.

Mewakili pihak keluarga, Aried Mohammad Farid, mengungkapkan ajang itu merupakan kehormatan bagi keluarga. Hj Umayah wafat pada usia masih sangat muda, 34 tahun.

Baca Juga: Akademi Lagu Sunda Dikritik Budayawan Sunda karena Dianggap Merusak Bahasa Sunda

"Jadi terbayang jika tidak ada yang mengungkap pasti banyak yang kehilangan jejak. Saya pun sebagai generasi ke-4, banyak yang tidak tahu,” kata Aried.

Kadisporabudpar H.Hadian pun memandang bila nama Umayah layak dijadikan sebagai nama jalan atau nama sebuah bangunan.

"Beliau sosok gender yang cukup memberi peran penting dalam kehidupan masyarakat. Sehingga usulan nama beliau jadi namasebuah jalan, kami kira layak untuk diusulkan, " ujarnya.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler