Ahman Sya Bicara Pilrek Unsil Tasikmalaya: Rektor Unsil Harus Memahami Filosofi dan Jati Diri Siliwangi

22 Desember 2021, 19:41 WIB
Prof. Ahman Sya.* /Kabar-Priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Kontestasi Pemilihan Rektor atau Pilrek Unsil Tasikmalaya 2022 yang berjalan dinamis telah "membangunkan" sejumlah tokoh yang sedari awal ikut berjuang mengembangkan kampus perjuangan itu untuk angkat bicara.

Mantan Pembantu Rektor III Unsil, Prof. Ahman Sya, misalnya, mengingatkan bahwa siapa pun rektor Unsil ke depan yang terpilih dalam Pilrek Unsil harus figur yang yang memahami misi, jati diri dan filosofi Siliwangi yang mengedepankan prinsip dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

"Artinya filosofi Unsil yang jadi monumen hidup tentara Siliwangi itu harus dipegang teguh, dijaga dan jangan dicemari, termasuk melalui Pilrek Unsil ini," kata Ahman yang kini menjabat Sekretaris Senat Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, Rabu 22 Desember 2021.

Baca Juga: Dari Status Tersangka Kini Sopir Bus Bebas dari Tuntutan, Restorative Justice Pertama di Kota Tasikmalaya

"Jadi walau statusnya kini PTN, tak berarti menghilangkan jati diri awal pendirian Unsil. Sebab hal itu merupakan pesan tokoh pendiri Unsil di bawah komando Letjen TNI (Purn) DR Mashudi yang harus dijaga baik karena niat pendirian lembaga pendidikan itu dulu juga baik," katanya.

Terkait dinamisme pelaksanaan Pilrek Unsil mulai munculnya kepentingan politis, pro-kontra, dukung-mendukung kandidat, ia melihatnya masih cukup wajar. Namun, kata dia, hal yang harus jadi titik awalnya adalah siapa yang paling memahami jati diri awal tadi.

"Memang dengan status PTN, siapa saja yang memenuhi kualifikasi boleh daftar jadi penerus estafet kepemimpinan di Unsil. Termasuk dari eksternal Unsil," ujarnya.

Baca Juga: Fakta-Fakta Menarik Gan Gan Wigandi, Penyanyi asal Tasikmalaya Viral Berkat X Factor Indonesia

"Intinya siapa pun tak ada larangan untuk memimpin, cuma kembali saya harapkan jangan mencemari atau melukai cita-cita para pendiri dan filosofi dasar Unsilnya," kata Ahman.

Karena itulah, lanjut Ahman, masyarakat dan Senat Unsil harus mempertimbangkan hal itu sebelum menentukan pilihan.

Kontestasi Pilrek Unsil 2022 ini pun jangan lantas hanya dijadikan ajang memilih pemimpin melainkan harus menekankan pentingnya pemahaman akan nilai-nilai filosopi dan jati diri kesiliwangiannya.

Baca Juga: Ada-ada Saja Ulah Warga Sumedang, Tidur di Jalanan, Bergantian dari Pagi Hingga Malam

"Hal-hal seperti itu penting untuk dipahami secara komprehensif mengenai apa, mengapa dan bagaimana sejarah dan jati diri Unsil menjadi perguruan tinggi agar bisa melanjutkan perjuangan para pendirinya," ujar mantan dirjen di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut.

Saat disinggung soal pemahaman kandidat eksternal terkait filosofi itu, Ahman menyebut belum tentu tidak paham.

"Cuma kalau bertanya tentang keluarga saya, tentu saya lebih tahu dan paham daripada orang lain. Jadi filosopinya seperti itu alias bukan soal pro-kontra kandidat dari eksternal atau internal," kata dia menambahkan.

Baca Juga: CERITA WADUK JATIGEDE, Merinding! Benarkah Tempat Ini Jadi Pusat Mahluk Ghaib Waduk Jatigede?

Ahman pun mengaku pernah ditawari mengelola program Doktoral Kajian Budaya di Unpad Bandung. Namun karena orang baru dan tak mengenal secara mendalam mengenai jati diri Unpad dan melihat orang Unpad lebih mampu, dia dengan berbesar hati tak menerima tawaran itu.

Karena itu di Unsil pun menurut dia harus berpikir seperti itu. Karena tanggung jawab intelektual, tanggung jawab budaya hingga pemahaman filosofinya harus dipertahankan sampai kapan pun.

"Artinya siapa pun sosok yang paling tahu dan meyakinkan mengenai pemahaman filosofinya, masyarakat dan Senat Unsil dipastikan akan mempertimbangkannya," ujarnya.

Baca Juga: Mesin Anjungan Dukcapil, Mudahkan Pelayanan Adminduk ke Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya

Dia juga percaya sebagian besar Senat Unsil sudah mengetahui dan punya gambaran soal itu. Kalaupun ada semacam pandangan bahwa Unsil sulit berkembang bila dinakhodai SDM internal yang ada, ia melihatnya wajar meski dinilainya terlalu tendensisius.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler