Jaga Keamanan Fosil Purba, Desa Jembarwangi Sumedang Bentuk Satgas Pengawasan Daerah Konservasi

7 Januari 2022, 20:06 WIB
Kepala Desa Jembarwangi, Tomo, Sumedang Fitriani Dewi, S.Sos membentuk tim Satgas Pengawasan Daerah Konservasi /kabar-priangan.com/Taufik Rohman/

KABAR PRIANGAN - Dalam upaya menindaklanjuti temuan fosil purba di daerahnya, Pemerintah Desa (Pemdes) Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, kini mulai membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengawasan Daerah Konservasi.

Satgas ini, sengaja dibentuk khusus untuk mengawasi seluruh area konservasi yang belakangan ini banyak ditemukan fosil purba.

Sebagaimana diketahui, wilayah Desa Jembarwangi ini merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sumedang, yang sedang diteliti oleh Badan Geologi dan Balai Arkeologi Bandung.

Baca Juga: SUMEDANG: Adakah Kaitan Penemuan Fosil Purba di Tomo dengan Kebangkitan Kesaktian Pelet Marongge?

Kegiatan penelitian yang didukung penuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten, melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) tersebut, sengaja dilakukan dalam upaya mengungkap dugaan adanya warisan cagar budaya yang berbentuk fosil purba.

Salah satunya, fosil gigi hiu, stegodon (gajah purba), kerang moluska, dan fosil berbentuk batu yang diduga mirip perkakas hidup manusia di masa peradaban pra aksara.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Adanya Peradaban Manusia Purba di Sumedang, Begini Tanda-tandanya

Guna mendukung keberhasilan proses penelitian, Pemdes Jembarwangi pun akhirnya membentuk Satgas khusus untuk mengawasi seluruh area konservasi.

"Daerah kami ini kan sedang diteliti oleh Badan Geologi dan Balai Arkeologi. Agar fosil-fosil ini tetap aman dan utuh, maka kami membentuk Satgas khusus," kata Kepala Desa Jembarwangi, Fitriani Dewi, S.Sos, Jumat, 7 Januari 2022.

Menurut penuturan Fitriani Dewi, Satgas ini dipandang penting untuk dibentuk, dalam upaya menjaga kelestarian area konservasi dari potensi jamahan orang-orang yang memiliki kepentingan lain.

Baca Juga: 5 Juta Tahun Silam, Wilayah Sumedang Diduga Merupakan Kawasan Lautan Dangkal, Ini Tandanya

Sebab sejak adanya temuan fosil purba di wilayahnya, kata Dewi, akhir-akhir ini jadi banyak warga luar yang berdatangan dengan dalih akan melakukan penelitian.

"Kalau daerah konservasi ini tidak dijaga dengan serius, kami khawatir fosil-fosil purba yang ada di sini nantinya habis diambil orang. Kalau fosil-fosil tersebut hilang, nanti peneliti dari Balai Arkeologi akan kesulitan dalam merekonstruksi hasil temuan tersebut," ujar Dewi.

Maka dari itu, sebelum fosil purba ini banyak yang hilang, lebih baik dilakukan pengawasan sejak dini. Supaya, ketika para peneliti dari Badan Geologi dan Balai Arkeologi melakukan ekskavasi, fosil purba yang berbeda di daerah konservasi ini bisa tetap utuh.

Baca Juga: Menangis! Ratusan KK di Kawasan Waduk Jatigede Sumedang Ditagih Puluhan Miliar, Begini Penjelasan Kades

"Soalnya akhir tahun 2021 kemarin juga, kami sempat memergoki beberapa mahasiswa yang melakukan penelitian bebatuan di daerah kami. Pas kami tanya-tanya, mereka ternyata tidak memegang surat izin ataupun rekomendasi dari pihak kampusnya. Hal-hal seperti itu yang kami takutkan, soalnya semakin banyak orang yang mengambil fosil, maka akan semakin sulit untuk merekonstruksi fosil purba tersebut," tuturnya.***

 

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler