Harga Cabai Melonjak, Penjarahan Kebun Cabai Pun Meningkat. Petani Terpaksa Harus Rela Nginap di Kebun

4 Juli 2022, 19:56 WIB
Salah seorang petani di daerah Kampung Tegalega, Desa Langensari, Kecamatan Taroogng Kaler sedang merawat tanaman cabai yang ada di kebun miliknya agar tak sampai terserang hama. Ia juga kadang harus rela menginap di kebun dmi menjaga tanaman cabainya dari ancaman penjarahan atau pencurian.* /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN – Melambungnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir tentu saja menimbulkan kebahagian bagi para petani cabai.

Namun di sisi lain, petani juga selalu dihantui rasa khawatir, takut cabai yang ada di kebun miliknya malah dicuri atau dijarah orang.

Karena dampak dari melonjaknya harga cabai, ternyata diiringi pula dengan meningkatnya kasus pencurian atau penjarahan kebun cabai. 

Baca Juga: Kisah Mistik! Jika Terdengar Suara Belah Bambu dari Makam Keramat Japaliman, Maka Ini yang Akan Terjadi

Salah seorang petani cabai di Kampung Tegalega, Desa Langensari, Kecamatan Tarogong Kaler, Enjang (50), menyebutkan saat ini para petani cabai termasuk dirinya telah diberi anugerah dengan tingginya harga cabai.

Hal ini tentu merupakan sebuah keuntungan bagi mereka karena harga cabai mengalami kenaikan hingga beberapa kali lipat dalam beberapa pekan terakhir.

"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur karena harga cabai yang sat ini tengah bagus-bagusnya. Sejak beberapa pekan terakhir, harga cabai terus merangkak naik bahkan hingga beberapa kali lipat sehingga sangat menguntungkan bagi kami," ujar Enjang saat ditemui di kebun cabai  miliknya, Senin 4 Juli 2022.

Baca Juga: Dua Kelompok Mahasisa Berunjukrasa di Gedung DPRD Kota Tasikmalaya, Tolak RKUHP

Dikatakannya, dalam kondisi normal, harga Cabai Inul dari petani paling dihargai antara Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram.

Namun sejak sebulan terakhir ini, harga cabai di Garut terus naik dan kini sudah mencapai Rp80 ribu per kilogram.

Menurutnya, hal ini tentu menjadi sebuah berkah yang sangat besar bagi para petani cabai seperti dirinya. Apalagi, kejadian seperti ini tidak begitu sering terjadi.

Baca Juga: Tengah jadi Sorotan, Sekilas tentang ACT yang Berkiprah di Tanah Air hingga Asia dan Eropa

Namun diakuinya, di sisi lain mahalnya harga cabai juga menimbulkan kekhawatiran bagi dirinya. Hal ini dikarenakan tingkat kerawanan penjarahan atau pencurian terhadap cabai yang sangat tinggi akibat harganya yang mahal.

Kebetulan, tutur Enjang, di kebunnya saat ini masih cukup banyak tanaman cabai yang berbuah dengan baik. Sementara lokasi kebun berada cukup jauh dari rumahnya sehingga sangat rawan dicuri orang.

"Selain senang, mahalnya harga cabai juga membuat saya khawatir, takut cabai yang belum dipanen malah dicuri orang. Makanya saat ini waktu saya lebih banyak dihabiskan di kebun ketimbang di rumah," katanya.

Baca Juga: Sebanyak 46 Calon Haji Furoda Dipulangkan ke Tanah Air, Ditjen Kemenag Ungkap Alasannya

Ia mengungkapkan, biasanya ia berada di kebun hanya pada siang hari dan itu pun rata-rata hanya setengah hari.

Namun sejak harga cabai mahal, waktunya lebih banyak dihabiskan di berada di kebun, bahkan pada malam hari sekalipun.

Hal ini dikarenakan, selain harus merawat tanaman cabai dengan baik agar tak terserang hama, ia juga harus menjaganya dari aksi pencurian.

Baca Juga: Puasa Dzulhijjah Tinggal Beberapa Hari Lagi dan Ada Puasa Arafah Sebelum Idul Adha, Berikut Ini Bacaan Niatnya

Tak heran kalau selama ini dirinya pun kadang terpaksa harus rela menginap di kebun.

Menurut Enjang, kalaupun dirinya menginap di rumah, hatinya selalu waswas bahkan tak bisa tidur lelap, karena takut kebun cabainya dijarah. Apalagi cabai yang ditanamnya tak lama lagi akan siap untuk dipanen.

"Jika belum panen mah pasti akan selalu khawatir jika tak menginap di kebun. Untuk saat ini, saya harus rela siang malam terus-terusan berada di kebun untuk menjga tanaman cabai daetri serangan hama serta menjaga dari aksi pencurian dengan cara ngaronda di kebun," ucap Enjang.

Baca Juga: Dua Panyajak Asal Tatar Galuh Sabet Juara Dalam Lomba Baca Puisi Sunda se Jabar-Banten

Meski merasa cape karena harus rela menghabiskan waktu di kebun, akan tetapi diakui Enjang hal itu tak membuatnya merasa terbebani.

Semua rasa cape akan terobati ketika dirinya sudah melakukan panen dan menjual hasil panennya dengan harga yang sangat tinggi.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler