Kawasan Dadaha Kota Tasikmalaya Makin Semrawut. Parkir Liar dan Gerobak PKL ‘Makan’ Badan Jalan dan Trotoar

13 Maret 2023, 08:04 WIB
Sejumlah kendaraan terjebak macet saat melintas di Jalan Dadaha Kota Tasikmalaya, akibat badan jalan dan trotoar dipakai parkir liar dan gerobak PKL. /kabar-priangan.com/Dian Maldini/

KABAR PRIANGAN - Kawasan Dadaha, terutama jalan utama Dadaha Kota Tasikmalaya setiap hari minggu pagi hingga siang semakin semrawut.

Para pedagang kaki lima dengan bebas menjajakan dagangannya di pinggir jalan dan trotoar, sehingga membuat kondisi jalan menjadi sempit.

Kondisi ini diperparah dengan parkir liar di sejumlah ruas jalan Dadaha, sehingga badan jalan dan trotoar dipenuhi oleh parkir motor dan gerobak PKL.

Baca Juga: Pengunjung Shelter PKL Dadaha Tasikmalaya Jadi Tak Nyaman, Akibat Bau dan Banyak Lalat dari TPS

Akibatnya, kendaraan yang melintas menjadi kesulitan. Apalagi jika ada kendaraan roda empat yang berpapasan, maka salah satu kendaraan harus mengalah berhenti karena badan jalan “dimakan” oleh gerobak PKL.

Padahal di sepanjang jalan tersebut jelas-jelas dilarang digunakan untuk mangkal PKL maupun dijadikan tempat parkir.

Namun peringatan itu tak digubris oleh para pedagang maupun petugas parkir liar, sehingga tiap hari minggu, kawasan tersebut menjadi sareukseuk. Bahkan para pengendara kendaraan akan terjebak kemacetan saat melintasi jalan ini.

Baca Juga: Hadapi Persebaya, Empat Pemain Persib Absen. Ini Dia Daftar Pemain Maung Bandung yang akan Berlaga di Surabaya

Tak hanya hari minggu, di hari-hari biasa pun, kawasan itu kerap dijadikan tempat mangkal gerobak PKL dan juga tempat parkir liar.

Namun kepadatan hari-hari biasa tak sepadat hari minggu. Pedagang yang jualan pun tak sebanyak di hari minggu. Pun begitu dengan motor yang parkir, tak sebanyak di hari minggu.

Salah satu pengunjung Kojengkang Dadaha, Yeni Indriani (57) asal Ciamis mengaku tidak nyaman saat berkunjung ke Dadaha, akibat kemacetan yang terjadi di Jalan Dadaha ini.

Baca Juga: Jelang Ramadhan, Warga Cimaragas Gelar Tradisi Misalin di Situs Galuh Bojong Salawe Ciamis

“Ini kok, pedagang bisa seenaknya jualan memakan badan jalan dan trotoar. Herannya, kok dibiarkan begitu saja oleh pemerintah,” kata dia.

Yang membuatnya tambah heran, tak hanya gerobak PKL yang seenaknya berjualan di trotoar dan badan jalan, di beberapa ruas jalan Dadaha ini pun digunakan untuk parkir.

"Sejujurnya merasa terganggu juga, saat jalan kaki jadi sempit. Dulu pas awal renovasi, di trotoar ini bisa foto-foto, sekarang tidak. Lalu untuk parkir, iya mudah-mudahan ditertibkan, karena sering macet," tutur Yeni.

Baca Juga: Granat Nanas Aktif Hebohkan Warga Jalatrang Ciamis, Ditemukan Ayah dan Anak di Belakang Rumah

Warga lainnya, Yusuf pun mengaku heran, kenapa hal ini dibiarkan oleh pemerintah. “Kan sudah ada lahan yang disediakan untuk jualan. Begitu juga ada lahan parkir yang cukup luas. Kenapa masih memakai fasilitas umum?” tanya Yusuf.

Yang mengherankannya, Pemerintah Kota Tasikmalaya seolah tutup mata dengan kondisi seperti ini. “Kemana atuh pemerintah teh?” tanya dia.

Pengurus Kojengkang Dadaha, Tatang Sumantri menerangkan bahwa para PKL yang berjualan di trotoar bukanlah bagian tanggung jawabnya.

Baca Juga: Dinding Gunung Galunggung Longsor, Warga Tasikmalaya Waswas. Wisatawan Dilarang Melakukan Ini

"Saya mengurusi Pasar Kojengkang Dadaha sejak tahun 1994. Dulu kojengkangnya di Kawasan Olahraga, namun sejak renovasi stadion, sekarang direlokasi ke belakang Gelanggang Generasi Muda (GGM) pas masa Wali Kota Budi Budiman," kata Tatang.

Tatang meyakini bahwa para PKL yang berjualan di trotoar bukanlah bagian keanggotaan Kojengkang Dadaha.

Meskipun, ada beberapa pedagang yang pindah. "Pastinya yang kami urusi itu hanya di kawasan belakang GGM saja. Adapun di luar itu, bukan tanggung jawab kami," ucap Tatang.

Baca Juga: Pensiunan Polisi Ditemukan Tewas di Gorong-gorong. Pihak Kepolisian Temukan Hal Ini di Tubuhnya

"Iya ada laporan bahwa di trotoar mulai dilarang berjualan, mungkin sekarang diperketat. Spanduk larangan dilarang berjualan dan parkirnya pun ada, baru terpasang," katanya.

Salah seorang petugas parkir di kawasan trotoar Dadaha, Ade Kolor mengklaim bahwa dirinya belum mendapat sosialisasi terkait larangan parkir di kawasan itu.

"Baru dengar sekarang ada larangan parkir di sini. Dari Pemerintah belum ada sosialisasi ke kami. Lagian, jarang timbul macet, karena kami bantu uraikan juga," ucap Ade.

Baca Juga: Belum Genap Setahun, Tiang Pembatas Pedestrian Jalan Hazet Tasikmalaya Kembali Rusak

Selain mengaku tak mengetahui adanya larangan, para pedagang maupun petugas parkir di kawasan itu pun mengaku selama ini mereka membayar uang parkir maupun uang kebersihan kepada petugas.

Hal itu diakui oleh petugas parkir di kawasan tersebut, Dedi Adin dan Aditya Restu.

Aditya kerap menyetorkan uang senilai Rp10 ribu rupiah setiap kali setor. Sedangkan Dedi Adin dimintai seikhlasnya.

Baca Juga: Liburan Akhir Pekan Jelang Bulan Ramadhan, Tempat Wisata Pantai Pangandaran Diserbu Pengunjung

"Bahkan pedagang di Dadaha juga sering dimintai uang kebersihan dari UPTD Dadaha, nilainya Rp 2 ribu," tutup Aditya.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler