Sebelum libur panjang Idul Fitri terjadi di Indonesia, tutur Emil, tingkat keterisian ruang isolasi dan perawatan Covid-19 di rumah sakit masih berada di bawah 30 persen.
Pihaknya bahkan sempat membubarkan relawan dokter dan tenaga kesehatan karena tidak adanya pasien, begitupun pelaksanan
pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro yang menurutnya berhasil.
Baca Juga: Bandung Zona Merah, Ridwan Kamil: Mohon Tidak Mengunjungi Wilayah Ini Sampai 7 Hari Kedepan
“Saat libur panjang Idul Fitri kemarin, semuanya jadi tak terkontrol akibat banyaknya masyarakat yang saling kunjung mengunjungi, ziarah, wisata, serta kegiatan lainnya yang mengundang kerumunan. Akibatnya, kini terjadi kedaruratan karena kasus penyebaran Covid-19 melonjak tajam," katanya.
Emil juga menyatakan, dengan adanya libur panjang, maka seluruh proses yang sudah dilakukan dan membuahkan hasil yang bagus pun pada akhirnya menjadi berantakan.
Selain meninjau ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19 di RSUD dr Slamet Garut, Emil juga menyempatkan diri meninjau lokasi isolasi yang dipersiapkan Pemerintahan Desa Jayarga, Kecamatan Tarogong Kidul.
Ia mengatakan, tingginya kasus Covid-19 di Garut ini harus disikapi oleh Pemkab Garut dengan melakukan pola hulu dan hilir.
Baca Juga: PPNI Minta APH Usut Tuntas Kasus Pemukulan Perawat di Garut
Hal ini menurutnya penting dilakukan dengan tujuan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit yang ada di Garut tidak sampai kolaps.
Pola seperti ini pun selama ini sudah dilaksankan Pemprov Jabar dalam menyikapi situasi darurat untuk menanggulangi bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit.