Dampak Kekeringan di Kabupaten Garut, Berlanjut pada Urusan Hubungan Suami-Istri

- 15 Agustus 2021, 07:38 WIB
Salah seorang warga Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut sedang mengantre untuk mendapatkan giliran pembagian air bersih.
Salah seorang warga Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut sedang mengantre untuk mendapatkan giliran pembagian air bersih. /kabar-priangan.com/ Aep Hendy/

Menurutnya ketika "ibadah" sering dilakukan, tentu akan memerlukan banyak air bersih karena setiap habis melaksanakan "ibadah" itu tentu harus bersih-bersih atau mandi wajib.

Tak jauh beda dengan Yeni, warga lainnya, Jafar juga mengaku terpaksa harus menghemat air dalam berbagai kegiatan.

Bahkan akibat sulitnya mendapatkan air, kini ia tak lagi bisa mandi setiap hari apalagi sampai sehari dua kali.

Baca Juga: Rumah Seorang Yatim Piatu di Kota Banjar Nyaris Ambruk, FKM Turun Tangan Beri Pertolongan 

Menurutnya, untuk saat ini masih bisa mandi dua hari sekali saja sudah terbilang untung. Karena sulitnya untuk mendapatkan air bersih, tak jarang dirinya mandi dalam jangka waktu empat hari sekali.

"Yah banyak sekali kebiasaan yang berubah akibat sulitnya mendapatkan air. Salah satunya kebiasaan mandi yang biasanya paling sedikit sekali dalam satu hari, kini bisa sampai empat hari sekali," ujar pria berusia 27 tahun ini.

Ia menyebutkan, kalaupun masih bisa mendapatkan air bersih, penggunaannya lebih diutamakan untuk keperluan masak, wudhu dan buang air.

Sedangkan untuk mandi, untuk saat ini menjadi nomor sekian karena dianggap tidak terlalu mendesak.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Banjar Ajak Para Agnia Bantu Masyarakat yang Terimpit Ekonomi Akibat Covid- 19

Untuk kebutuhan air minum, diungkapkannya ia pun memilih untuk menggunakan air minum isi ulang.

Halaman:

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah