Dikatakannya, hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya musyawarah yang melibatkan tokoh masyarakat dan ulama termasuk dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dalam musyawarah yang dilaksanakan, remaja tersebut memaparkan pemahamannya terkait paham yang dianutnya.
Menurut remaja tersebut, tutur Suherman, pemerintahan Indonesia saat ini merupakan pemerintahan yang thagut atau jahiliyah.
Oleh karenanya ia tak mau mengakui pemerintahan Indonesia dan lebih cenderung mendukung berdirinya NII.
Diungkapkannya, yang cukup mengejutkan, di wilayah Kelurahan Sukamentri ada 59 warga yang mayoritas para remaja yang diduga telah dipengaruhi untuk mengikuti paham radikal NII.
Baca Juga: Korban Miras Oplosan di Cigalontang Bertambah Total Jadi 5 Orang
Mereka harus melalui proses baiat dan mengucapkan syahadat yang kalimatnya berbeda dengan syahadat pada umumnya.
"Diketahui ada 59 warga, kebanyakan remaja meski ada juga beberapa diantaranya orangtua yang sudah dipengaruhi untuk masuk NII. Namun ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, sebagian besar namanya hanya dicatut," katanya.
Suherman menyebutkan, indikasi banyak warga yang namanya dicatut terungkap saat dilakukan pengecekan satu per satu dari warga yang namanya diklaim sebagai pengikut paham NII.