Jelang Pilrek Unsil 2022, Prof. Ahman Sya Ingatkan Pesan (Alm) Letjen Mashudi

- 23 Desember 2021, 18:18 WIB
Prof. Ahman Sya (kiri) mendapat ucapan selamat dari Ny. Yetty Rochyati dan Letjen TNI (Purn) Mashudi saat pengukuhan guru besar Unsil Tasikmalaya tahun 2004 silam.*
Prof. Ahman Sya (kiri) mendapat ucapan selamat dari Ny. Yetty Rochyati dan Letjen TNI (Purn) Mashudi saat pengukuhan guru besar Unsil Tasikmalaya tahun 2004 silam.* /Kabar-Priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Meski lebih dari sepuluh tahun meninggalkan Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, Prof. Ahman Sya tak begitu saja melupakan kampus yang turut membesarkan namanya. Ia tetap intens berkomunikasi dan menjalin silaturahmi dengan civitas akademika Unsil.

Ya, sejak terpilih jadi Rektor BSI dan Ars Internasional Bandung, karier Ahman Sya yang merupakan alumni University of Ghent (1996) Belgia kelahiran Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis ini makin melejit.

Ahman Sya kemudian mendapat amanah menjadi Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif, Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

Baca Juga: Tidak Ada Perayaan Tahun Baru di Kota Tasik, 24 Titik Akses Masuk Pusat Kota Tasik Ditutup

Tak heran ketika Unsil ada acara, termasuk saat Pemilihan Rektor (Pilrek) Unsil 2022, ia pun turut meneropong kontestasi kepemimpinan yang tengah berlangsung. Maka sebagai bentuk rasa memiliki dan keingingan untuk melanjutkan cita-cita dan ide-ide para pendiri Unsil.

Ia pun memanfaatkan momen itu guna mengingatkan pentingnya pemahaman filosofi dan jati diri Siliwangi meski lebih dari tujuh tahun statusnya kini Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Hal itu penting sebab tokoh-tokoh utama dalam proses pendirian Unsil mulai Letjen TNI (Purn) Mashudi, Hasan Basri, Wasita, Agus Permadi, Oman Roosman sudah meninggal.

Baca Juga: Tidak Ada Perayaan Tahun Baru di Kota Tasik, 24 Titik Akses Masuk Pusat Kota Tasik Ditutup

Makanya, ia merasa perlu mengingatkan kembali agar filosofi Siliwangi yang punya prinsip Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat bisa tetap dijaga, diamankan dan dijalankan oleh siapapun rektor Unsil ke depan.

Meski telah ditinggal para pembesarnya, ia masih optimistis dan tak berkecil hati karena masih banyak orang dalam Unsil yang bisa menangkap sekaligus melanjutkan cita cita para pendiri itu. Toh, ujar dia, visi misinya sama untuk negara dan tetap sesuai prinsip Siliwangi tersebut.

Sebagai bagian dari Unsil yang ikut mengembangkan, mencari mahasiswa, hingga mencari sumber pendapatan tambahan, ia pun menyebut bahwa harapan mengubah status Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Usaha (BLU) merupakan sebuah keniscayaan.

Baca Juga: Sukses di BK, Kini PBFI Kab. Tasikmalaya Targetkan 3 Emas di Porprov Jabar

"Kita tentu harus berpikir progresif dan banyak orang dalam Unsil yang bisa memikul tanggung jawab untuk melakukannya," ujar Guru Besar yang mulai berkiprah di Unsil mulai tahun 1982-2006 itu, Kamis 23 Desember 2021.

Malah meski sudah ada di luar lingkaran Unsil, ia mengaku siap membantu sepanjang diperlukan. Apalagi sebelum jadi PTN, upaya seperti memperoleh tambahan biaya operasional pernah dilakukan seperti membuka SPBU, perbankan (BPR Siliwangi) dan lainnya.

Hal itu menjadi bukti bahwa jiwa Siliwangi-nya tetap melekat dan terpatri pada diri Ahman Sya. Dia juga berharap Pilrek Unsil 2022 berjalan lancar, damai, sukses dan berkah untuk semua civitas akademika Unsil dan masyarakat.

Baca Juga: Sejak Dibangun Tol Cisumdawu, Tempat di Sumedang Ini Jadi Angker, Sering Penampakan Mahluk Halus

"Siapa pun yang terpilih, Rektor Unsil harus menjadi pemikul tanggung jawab terbesar karena dia adalah petugas utama Unsil yang harus senantiasa berinovasi dalam mengembangkan dan memperkuat kebermanfaatannya bagi masyarakat di Tanah Air ini," katanya.

Ahman Sya berkiprah dalam pemerintahan sebagai Dirjen Ekonomi Kreatif, Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata (2012-2014), dan Deputi Menteri Pariwisata Bidang Industri dan Kelembagaan pada Kementerian Pariwisata (2015-2018).

Selanjutnya ia memutuskan kembali ke habitatnya yakni perguruan tinggi dengan menjadi Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan hingga kini menjabat Sekretaris Senat UNJ.

Baca Juga: CERITA SUMEDANG: Ki Mastak, Jadi Saksi Peralihan Kekuasaan Raja Sumedang

"Tidak ada namanya post power syndrome setelah tidak menjabat dalam pemerintahan," ujar Ahman Sya.

"Apalagi saya kembali dari karier sebagai petugas kementerian ke habitat saya ke perguruan tinggi," kata tokoh yang turut membidani lahirnya Harian Umum Kabar Priangan (dulu Tabloid Priangan) pada tahun 1999 silam itu.

Pesan Mashudi
Ahman Sya juga salah seorang tokoh yang sempat kurang setuju dengan penegerian Unsil. Ia teringat pesan (Alm) Letjen Mashudi yang berkomitmen tetap menjadikan Unsil kampus maju dengan status perguruan tinggi swasta (PTS).

Baca Juga: Mempunyai Kakak Pembalap, Gan Gan Wigandi Pilih Jadi Penyanyi. Sang Ayah: Saya Berharap Dia Jadi Pembalap Juga

"Ahman, di luar negeri, banyak PTS hebat dan maju daripada PTN. Jadi kita bikin saja Unsil kampus yang hebat," kata Mashudi seperti ditirukan Ahman Sya.

Ungkapan itu disampaikan Mashudi ketika Ahman Sya yang waktu itu menjabat Purek III Unsil tengah mengetik jawaban surat dari Mendikbud Daoed Joesoef yang meminta yayasan agar Unsil menjadi PTN. Mashudi sendiri meninggal pada 22 Juni 2005 di Jakarta.

Alasan Mashudi saat itu, ungkap dia, supaya tidak menimbulkan gejolak di internal yang fakta dan riaknya masih terasa. Sebelum penegerian, dirinya pun sempat memberi pertimbangan kepada rektor dan orang dalam Unsil lainnya, tetapi soal direspons atau tidak bagi dia tak masalah.

Baca Juga: TERBARU! Diundang Podcast Nikita Mirzani, Gan Gan Wigandi Diramal Akan Menjadi Penyanyi Sukses oleh Mbah Mijan

"Saya sudah jadi orang luar dan tahu diri kok. Mungkin kalau ada yang bilang siapa lu misalnya, ya sudahlah tak masalah dan biasa-biasa saja bagi saya mah," ujar dia.

Meski begitu, kecintaan terhadap Unsil tak pernah lekang waktu dan siapapun rektor ke depan, dia akan selalu mengingatkan untuk selalu menjaga, merawat dan mengaplikasikan nilai yang terkandung dalam filosofi dasar pendirian Unsil tersebut.

Soal figur mana yang bisa mengemban cita-cita itu, ia tak memiliki tendensi harus orang dalam atau orang luar. Baginya yang penting dia paham filosofi itu dan tentunya diterima senat dan masyarakat Unsil.

Baca Juga: CERITA WADUK JATIGEDE: Detik-detik Jelang Digenangi Air, Ratusan Ibu di Sumedang, Nangis di Pelukan Artis Ini

"Kalau orang luar lebih paham dan didukung senat, ya mangga. Cuma sekali lagi, dalam pandangan saya ibarat bertanya tentang keluarga saya, ya jangan tanya orang lain. Karena yang lebih tahu saya dong," ujar Ahman Sya.*

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x