"Jadi ketika ditemukan ada makanan dan minuman yang sudah kedaluarsa atau tidak memiliki izin, akan diambil sampelnya untuk didiskusikan dengan tim, termasuk BPOM," ujar Rety.
Meski begitu, sejauh ini kata Rety, pihaknya tidak menemukan hal yang menggangu kemanan pangan. Bahkan kondisinya sudah lebih tertata. Hanya saja memang masih ada beberapa kemasan makanan yang tidak ada PIRT-nya.
Baca Juga: Oknum Anggota Polres Sumedang Pelaku Pemukulan Jurnalis Jalani Proses Pemeriksaan
Pihaknya pun mengimbau untuk disampaikan kepada produsen makanannya, agar menempuh izin PIRT tersebut.
Disamping itu, pihaknya juga menemukan ada beberapa makanan yang tidak sesuai tempat penyimpanannya. Salah satunya pada makanan yang cepat basi. Sebab jika tidak disimpan dengan baik, maka bisa menyebabkan keracunan dan sakit seperti diare.
"Ada juga makanan yang cepat basi namun salah dalam penyimpanannya, tidak dilemari pendingin. Maka itu sangat rawan terkontaminasi dan menimbulkan penyakit. Itu yang masih kita temukan di pasar-pasar tradisional," katanya.
Baca Juga: Kevin/Marcus Mundur dari Korea Open dan Kejuaraan Asia 2022, PBSI Ungkap Alasannya
Termasuk, kata dia, untuk sayuran yang impor. Pihaknya melihat dimungkinkan masih mengandung berbagai obat seperti disinfektan, pengawet dan lainnya. Sehingga ini sangat berbahaya jika langsung dikonsumsi tanpa dicuci dengan benar terlebih dahulu.
Menurut Rety, sesuai jadwal, kegiatan pengecekan keamanan pangan ini dilaksnakan mulai 28 Maret kemarin hingga 5 April mendatang. Di samping melihat stok pangan, pihaknya juga mengecek beberapa pangkalan gas elpiji.
Untuk harga, secara umum tidak ada kenaikan harga yang signifikan. Bahkan harga daging sapi di Pasar Cineam lebih murah di bandingkan Pasar Manonjaya. "Tetapi untuk pengawasan idilakukan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya," kata Rety.*