Dampak Fokus Tangani Covid-19, Pengidap HIV/AIDS di Garut Malah Melonjak

- 20 April 2022, 19:20 WIB
Workshop Project Respond yang diselenggarakan PKBI Kabupaten Garut sebagai bentuk keprihatinan atas kolepsnya sistem pelayanan kesehatan akibat pemerintah yang selama ini terlalu fokus dalam penanganan Covid-19.
Workshop Project Respond yang diselenggarakan PKBI Kabupaten Garut sebagai bentuk keprihatinan atas kolepsnya sistem pelayanan kesehatan akibat pemerintah yang selama ini terlalu fokus dalam penanganan Covid-19. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Hampir selama tiga tahun terakhir, pemerintah fokus terhadap penanganan pandemi Covid-19. Hal ini telah mengakibatkan sitem pelayanan kesehatan yang lainnya terbaikan sehingga mengalami kolaps.

Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif  Persatuan Keluarga Berencana Indonesia  (PKBI) Kabupaten Garut, Ir. Denden Supresiana menyikapi kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Garut saat ini.  

"Kondisi seperti inilah yang menjadi salah satu pendorong kami merintis sebuah program yang dinamakan "project respond". Kami prihatin dengan dengan lemahnya perhatian pemerintah terhadap layanan kesehatan secara global akibat terlalu fokus pada Covid-19 yang menyebabkan kolapsnya sistem pelayanan kesehatan," ujar Denden, Rabu,20 April 2022.

Baca Juga: Jelang Lebaran PDAM Garut Bentuk Tim Reaksi Cepat, Bupati Siapkan Rp5 M

Pada saat marak-maraknya kasus Covid-19, tuturnya, sejumlah rumah sakit di Garut tidak bisa memberikan pelayanan terhadap orang sakit yang mau berobat. Disamping itu, banyak juga warga yang sakit akan tetapi tak mau memeriksakan diri atau berobat ke rumah sakit atau Puskesmas karena takut positif covid.

Disebutkannya, hal ini secara langsung telah menyebabkan perkembangan penyakit selain Covid-19 di masyarakat tak terkontrol akibat pelayanan kesehatan yang terabaikan.

Padahal di sisi lain, hal ini tak kalah membahayakannya apalagi di antaranya ada sejumlah penyakit menular yang juga tak terkontrol perkembangannya.

Baca Juga: Satpol PP Garut Bongkar Kios Liar yang Diduga Jadi Tempat Jual Miras

Salah satu penyakit menular berbahaya yang tak terkontrol sehingga mengalami peningkatan kasus yang signifikan di Garut, tutur Denden, yakni HIV/AIDS. Pada tahun 2019, jumlah pengidap virus HIV/AIDS di kabupaten Garut tercatat 481 orang. 

Namun berdasarkan data terakhir di tahun 2022 ini, jumlah kasus HIV/AIDS di Garut ini mengalami peningkatan yang signifikan yakni menjadi 800 orang. 

Ini tentu cukup mengejutkan sekaligus mengkhawatirkan dan ini terjadi akibat sistem pelayanan kesehatan yang terabaikan akibat fokus pada penanganan Covid-19.

Baca Juga: Sekali Transaksi Dibayar Rp300 Ribu, Mucikari di Garut Ditangkap Polisi

Dilihat dari sisi bahaya, menurut Denden, penyebaran penyakit HIV/AIDS yang cukup signifikan ini tentu juga patut diwaspadai dan mendapatkan perhatian serius. Penyakit ini tidak bisa dianggap sepele dan tentunya butuh penanggulangan khusus pula. 

Selain HIV/AIDS, Denden juga mengungkapkan penyakit tuberkulosis (TBC) atau TB juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari sebelumnya. Hal ini juga akibat selama pandemi Covid-19, penyaklit yang sangat menular ini juga tak tertangani dengan baik.

Kondisi seperti inilah katanya yang menjadi salah satu pendorong PKBI Kabupaten Garut bersama lima kabupaten lainnya di Jawa Barat mendapat amanah menjalankan "project respond". 

Baca Juga: Kepala Disnakertrans Garut: Pembayaran THR Jangan Dicicil

Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan layanan kesehatan gratis kepada warga Garut yang selama ini terabaikan akibat pemerintah fokus terhadap penanganan Covid-19.

"Sejak tahun 2021 kita merintis program "project respond" ini untuk layanan kesehatan secara gratis untuk warga. Kami membuka layanan gratis untuk warga yang mau berobat atau memeriksakan kesehatannya dengan datang langsung ke Sekretariat PKBI di Jalan Patriot, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul," ucap Denden.

Ia menyampaikan,  selama ini PKBI lebih fokus pada area kegiatan pengendalian penduduk melalui program-program kontrasepsi, pencegahan dan penanggulangan IMS, HIV/AIDS, serta pendampingan HKSR.

Baca Juga: Terlibat Narkoba, 6 Anggota Geng Motor di Garut Diamankan Polisi, Begini Modusnya

Namun untuk saat ini, melalui program "project respond", PKBI melebarkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat sipil yang rentan dan termarjinalkan akibat dampak Covid-19.

Menurutnya, "project respond" ini didukung penuh oleh The Australian Government-IPPF Funding. Total anggaran yang digelontorkan sebesar Rp 441.649.950 dan dana sebesar itu digunakan selama tiga tahun terhitung dari Agustus 2021 sampai Juni 2023.

Masih menurut Denden, dalam pelaksanaannya PKBI Garut telah membuka klinik gratis di Jalan Patriot nomor 46. Selain itu ada layanan kesehatan jemput bola mendatangi rumah pasien yang sakit atau kegiatan layanan kesehatan massal.

Baca Juga: INFO MUDIK: Hampir 90 Persen PJU Mati di Jalur Mudik Mangunreja Tasikmalaya Hingga Cilawu Garut

Klinik milik PKBI Garut, katanya, bernama klinik Aster dan untuk saat ini klinik buka tiap hari untuk melayani keluhan warga yang sakit. 

Di klinik ini juga disiapkan dua dokter serta sejumlah tenaga medis lainnya sebagai syarat pelayanan kesehatan sebuah klinik.

"Bagi warga Garut yang ingin mendapatkan layanan kesehatan, silahkan datang langsung ke Klinik Aster di Jalan Patriot nomor 46. Jangan pikirkan masalah biaya karena layanan yang kami berikan bersifat gratis dan kami akan sangat senang jika masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan gratis yang kami sediakan ini," kata Denden.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x