"Semoga jangkauan pasarnya menjadi lebih luas seiring peningkatan produksi," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Irfan, Dr Irfan Soleh mengatakan, pihaknya memanfaatkan limbah serabut aren untuk media jamur merang. Selain tentunya untuk solusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.
"Merujuk besarnya potensi serabut aren yang bisa menjadi salah satu media pangan alternatif tersebut. Istilahnya selain paham ilmu fikihnya sekarang waktunya kita memahami sugihnya," ujar dia.
Irfan menyebutkan, ide awal pengolahan jamur merang kemasan kaleng ini, dimulai sejak 2015 lalu saat melihat besarnya potensi limbah serabut yang dibuang semata, tanpa menghasilkan nilai tambah.
"Ini jelas sebuah tantangan kenapa tidak kita coba menjadi sesuatu," kata kiai muda lulusan doktor yang mengelola sekitar 200 santri tersebut.
Melalui tangan kreatifnya, limbah serabut aren mampu menghasilkan jamur merang dengan harga yang potensial. Dengan membuat jamur kemasan kaleng untuk menghidupi santri dan lingkungan masyarakat sekitar.
Baca Juga: Rencana Kawasan Industriapolis Butom di Sumedang Masih Dalam Proses
"Jamur kalengan sudah dipasarkan dan tersebar ke seluruh pasar tradisional, pasar modern atau supermarket," katanya.
Saat ini produksi harian jamur merang pesantren berkisar di angka 80-100 kilogram per hari. Sementara harga jual dibanderol Rp35-40 ribu rupiah per kg.