KABAR PRIANGAN - Seratus mantan narapidana terorisme (napiter) mengikuti upacara bendera Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-77 tahun 2022.
Kegiatan upacara bendera dilaksanakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Hamalatul Quran, Tasikmalaya, Rabu 17 Agustus 2022.
Selain napiter, kegiatan peringatan HUT RI ke-77 tersebut juga diikuti Densus 88 Antiteror Polri Jawa Barat dengan inspektur upacara Kasubdit Sosial Idensos Densus 88 Antiteror Polri Kombes Kurnia Wijaya.
Baca Juga: Demi Berkostum Bak Pahlawan Kemerdekaan pada HUT RI, Warga Tasikmalaya Beli Seragam ke Surabaya
Sedangkan yang menjadi menjadi petugas upacara lainnya dipercayakan kepada para napiter mulai dari komandan upacara, petugas pengibar bendera, pambacaan teks Pembukaan UUD-45, pembacaan teks Pancasila dan yang lainnya.
Kadensus 88 Antiteror Polri Irjen Marthinus Hukom mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk memutus mata rantai masyarakat dari paham radikalisasi para teroris.
"Kegiatan ini merupakan keinginan dari para eks napiter dan kombatan untuk melakukan upacara. Keinginan para napiter ini kami akomodir dengan berkordinasi bersama pemerintah setempat," ujarnya.
Menurut dia, kegiatan peringatan HUT RI para napiter itu juga menjadi internalisasi nilai-nilai pancasila dan resosialisasi agar mereka bisa berkumpul kembali bersama berbagai lapisan masyarakat.
"Apalagi mereka juga sudah secara sadar menyatakan cinta NKRI. Mereka juga punya kontribusi untuk membangun wilayah masing-masing," katanya.
Apalagi lanjut dia, tempat yang digunakan kegiatan upacara ada kaitannya dengan jaringan mereka sebelumnya.
Baca Juga: Bendera Merah Putih Gagal Berkibar di Solo, Walikota Gibran Besarkan Hati Paskibra
"Tempat ini juga memiliki sejarah bagi mereka. Karena tempat ini dulu sempat merupakan jaringan JI. Namun dari sinilah mereka punya kesadaran untuk kembali mencintai NKRI. Mangkanya kami gunakan tempat ini," ujar Marthinus.
Pihaknya juga akan terus melakukan pendampingan, sehingga para eks napiter tidak terstigma di masyarakat.
"Karena akan berat ketika mereka diberikan stigma oleh masyarakat. Karena itu, kami menjadi penghubung mereka agar bisa kembali ke masyarakat," jelasnya.
Marthinus menambahkan pendampingan akan dilakukan sampai mereka menjadi bagian dan berkontribusi kepada masyarakat. Dia juga berpesan kepada para napiter untuk kembali ke masyarakat.
Sementara itu, Gilang Taufik (35) salah seorang peserta upacara yang merupakan mantan napiter mengatan, pelaksanaan kegiatan upacara HUT Kemerdekaan ke-77 sebagai bukti bahwa pemahaman eks napiter sudah kembali kepada NKRI.
"Buat kami yang dulu pernah memiliki pemahaman berlainan, ini meruakan bukti bahwa kami sudah kembali kepada NKRI. Dulu kami menganggap upacara adalah ritual keagamaan yang syirik," katanya.
Namun, setelah pihaknya mendapat banyak bimbingan, pihaknya memahami bahwa peringatan HUT kemerdekaan adalah sebuah penghormatan kepada bangsa ini.
"Ini merupakan inisiatif kami dan bukti bahwa kami sudah berubah. Ini bentuk cinta kami kepada negeri ini. Kami juga mengajak teman-teman yang dulu pernah jatuh ke dalam pemahaman radikal untuk cinta kepada tanah air," katanya.***