Akibat tingginya harga kedelai tersebut, lanjut Aep, membuat pengrajin tahu dan tempe di daerahnya banyak yang terancam gulung tikar. Hal itu karena mereka tidak lagi bisa menutup biaya produksi saat harga jual tahu tempe di pasaran tidak bisa naik.
Meski ukuran tahu tempe sudah diperkecil, pengrajin tetap merugi. "Ya kalau terus diperkecil ukuran, mau menjadi sebesar bagaimana. Terus kalau mau dinaikan harga, daya beli masyarakat sedang susah begini mana bisa," ujarnya.
"Kalau dipaksakan produksi kami bakal bangkrut bahkan gulung tikar. Mau mengurangi pekerja kasihan juga. Paling ya mau tidak mau upah pekerja sedikit dikurangi," katanya menambahkan.
Aep menyebutkan, saat ini harga jual tahu dan tempe di pasar masih berkisar Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per bungkus. "Padahal, idealnya dengan harga kedelai yang telah menembus angka Rp 13.000 per kg, harga jual tahu tempe di atas Rp 6.500 per bungkus," ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Yayah (32). salah seorang pengrajin tahu juga di Kampung Nagrog Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Yayah mengaku, para pengrajin tahu di daerahnya sudah kelimpungan dengan harga kacang kedelai yang kian tinggi.
Baca Juga: Bedah Film 'Arul' di SMK Bhakti Kencana Tasikmalaya, Jangan Ada Lagi Perundungan!
"Haduh kami sudah bingung setengah mati dengan tingginya harga kedelai sekarang ini, naiknya terlalu tinggi," ujarnya.
Lanjut Yayah, usaha pembuatan tahu menjadi rugi karenak biaya produksi pembuatan tahu membengkak khususnya untuk pembelian kacang kedelai.
"Apalagi kemarin BBM naik yang menjadikan harga kayu bakar naik, biaya angkut ka pasar juga naik. Sementara kami tidak bisa menaikkan harga jual karena tahu itu susah dinaikkan," kata Yayah.