Atep mengaku, kehadiran ratusan gerombolan monyet tersebut sudah sangat membuat warga resah. Sebab tanaman seperti pisang, jagung, ubi, singkong bahkan tanaman padi yang siap panen pun jadi sasaran penjarahan monyet.
“Sekali datang itu tidak kurang dari seratus ekor gerombolan monyet yang masuk ke kebun-kebun dan sawah warga. Warga tidak ada yang berani mengusirnya karena saat diusir bukannya pergi malah balik menyerang,” ujarnya Atep.
Akibat kejadian tersebut, tambah Atep, hampir di 21 kedusunan yang didatangi monyet sudah tidak ada lagi tanaman palawija yang selamat. Padahal dulunya wilayah tersebut merupakan sentral sayuran yang ada di Kecamatan Salawu.
“Dari dulu di Gunung Tawilis itu memang banyak monyetnya, tetapi kalau sampai turun ke perkampungan penduduk dan menjarah hasil pertanian baru sekarang ini,” ujar Atep.
Bahkan yang lebih meresahkan lagi, tidak jarang ada monyet yang berani diantaranya sengaja masuk ke dalam rumah. Untungnya hingga kini tidak ada yang sampai menyerang dan melukai manusia. “Kalau anjing, kucing dan ayam itu seringkali dikejar-kejar oleh monyet,” kata Atep.
Dari hasil koordinasi dengan pihak Pemerintah Kecamatan Salawu, kata dia, koordinasi akan berlanjut ke pihak BKSDA. Nantinya pihak kecamatan akan mengirim surat ke sana untuk meminta bantuan penanganan serangan monyet ini.
Menurut Camat Salawu, Subagja, bagaimana pun mengusir monyet-monyet tersebut bukan perkara mudah bila tidak dengan ahlinya. "Kami akan segera menyikapi kondisi ini dengan mengirim surat kepada BKSDA dan meminta bantuan mereka," ucapnya.*