Sejarah 17 Juli 2006, Kepala BKSDA Mengenang Bencana Tsunami Pangandaran: Awalnya Ombak Dikira Surut Biasa  

- 17 Juli 2023, 23:39 WIB
Area Pos Masuk Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran, Pantai Barat Pangandaran, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, baru-baru ini.*/kabar-priangan.com/Kiki Masduki
Area Pos Masuk Taman Wisata dan Cagar Alam Pangandaran, Pantai Barat Pangandaran, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, baru-baru ini.*/kabar-priangan.com/Kiki Masduki /

 

KABAR PRIANGAN - Bencana tsunami yang berpusat di Samudera Hindia mengguncang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, tepat 17 tahun lalu, Senin 17 Juli 2006. Akibat tragedi tsunami Pangandaran dengan gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter tersebut, berdasarkan catatan data World Health Organization (WHO) ada 668 korban jiwa dan 65 orang dinyatakan hilang. Belum lagi kerugian moril maupun materil. 

Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangandaran Kusnadi mengenang tragedi tsunami Pangandaran. Menurutnya, saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami itu dirinya sedang bertugas di Pos Masuk Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam Pangandaran, tepatnya di Pantai Barat Pangandaran, Kecamatan Pangandaran.

"Kebetulan saya bersama rekan-rekan sedang berada di dalam ruangan. Kemudian rekan saya melihat ombak di laut sangat surut, tidak lama kemudian ombak tersebut naik lagi sampai jalan raya," kata Kusnadi kepada kabar-priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan di TWA dan Cagar Alam Pangandaran, baru-baru ini.

Baca Juga: Kisah Wartawan Kabar Priangan Saat Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006: Mengungsi, Sempat Pisah dengan Orangtua

Air Laut Masuk Ruang Kerja

Selanjutnya, kata Kusnadi, ombak itu surut kembali sehingga ia mengira hanya surut biasa. Ternyata ombak balik lagi dengan gelombang tinggi. "Kan saya berada di dalam ruangan, saat air laut sudah masuk setinggi dada, rekan saya memecahkan kaca karena pintu susah dibuka akhirnya saya lari ke bukit tinggi karena dekat dengan pos tersebut," tutur Kusnadi.

Kusnadi menambahkan, meskipun dirinya berhasil lari keluar dari ruangan, rekannya yang memecahkan kaca tersebut telinga luka (robek) akibat pecahan kaca. "Alhamdulillah waktu itu berhasil bisa keluar dari ruangan tersebut. Ketika saya berada di bukit, saya melihat ombak dari Pantai Barat dengan Pantai Timur beradu, artinya ombak sangat besar," katanya.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x