KABAR PRIANGAN - Menurut madzhab Syafi'i, I’tikaf adalah berdiamnya seseorang dengan kriteria khusus di dalam masjid dengan niat lilahitaala.
Amalan I’tikaf ini kerap dilakukan saat bulan suci Ramadan, terutama pada 10 malam terakhir.
Beri'tikaf bukan berarti hanya berdiam diri atau tertidur di masjid, namun melakukan amalan-amalan lain seperti sholat sunah, berzikir, tadarus ataupun mengikuti kajian, sehingga jiwa menguatkan spiritualnya untuk selalu mengingat Allah.
Baca Juga: Jangan Lupa, Ini Syarat Mudik Idul Fitri 1443 H Menggunakan Kereta Api
Terkait ketetapan waktu I’tikaf, terdapat perbedaan pendapat antara para ulama mengenai hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ustaz Abdul Somad dikutip KabarPriangan.com dari Kanal Youtube Ustadz Abdul Somad Official, Selasa 26 April 2022.
kita bisa memberikan definisi yang umum bahwa i’tikaf adalah:
الْمُكْث فِي الْمَسْجِد لعبادة الله مِنْ شَخْص مَخْصُوص بِصِفَةٍ مَخْصُوصَة
“Berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu”
I’tikaf disyari’atkan dilaksanakan di masjid berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)
Ustadz Abdul Somad menjelaskan, berdasarkan mazhab Imam Maliki, waktu I’tikaf sepanjang siang dan malam selama 24 jam.
Baca Juga: Kemenag Tetapkan Kuota Haji per Provinsi, Paling Banyak dari Jawa Barat
Namun menurut mazhab Syafi’i, kata dia, walaupun hanya berdiam sejenak di masjid dan waktunya lebih lama dari rukuk maka sudah bisa disebut sebagai i'tikaf.
Tentunya, kata Ustadz Abdul Somad, dalam beri'tikaf di masjid harus diiringi dengan niat yang Lilahitaala dan sungguh sungguh. Adapun niat beri'tikaf sebagai berikut,
نَوَيْتُالْاِعْتِكَافَ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Artinya: "Saya niat i'tikaf karena iman dan mengharap akan Allah, karena Allah ta'ala."
“Jika mengikuti i'tikaf Rasulullah SAW, beliau beri'tikaf pada 10 Ramadan terakhir mulai pada tanggal 20 Ramadan sore. Sebab perhitungan bulan Qomariyah tidak dari jam 12 malam, melainkan usai Maghrib,” katanya.
Jadi, kata dia, Nabi Muhamamad SAW itu i'tikafnya dari tanggal 20 sore hari, malam 21 beliau sudah beritikaf. Ada beberapa versi terkait kapan selesainya beliau beri'tikaf.
“Namun, versi manapun yang kita pakai keduanya. Berikut menyatakan Nabi i'tikaf versi manapun yang kita pakai keduanya menyatakan nabi i'tikaf selama 10 hari di akhir Ramadan di Masjid Nabawi,” katanya.
Baca Juga: Cek Disini! 10 Tempat Makan Sahur di Kota Tasikmalaya
Hadits riwayat Aisyah ra:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]
Artinya: “Bahwa Nabi saw melakukan i’tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” [HR. Muslim]
Hadits dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Baca Juga: Pemilu Tetap Dilaksanakan Pada 14 Februari 2024. KPU: Tak Ada Penundaan Pemilu
Ustadz Abdul Somad mengatakan, manfaat daripada i'tikaf sendiri yaitu muhasabah, berpikir dan menenangkan diri.
“I'tikaf, kita bermuhasabah, atau introsfeksi diri. Muhasabah akan memperoleh memperoleh ketenangan batin,” katanya.
Bagi anda yang sudah mulai i'tikaf semoga semakin semangat dan Isiqomah, bagi yang belum mudah mudahan tahun ini diberikan kesempatan terbuka pintu hatinya untuk i'tikaf.
Baca Juga: Arus Mudik Melalui Ciamis Masih Ramai Lancar, Puncaknya Diperkirakan 28 April
Mudah-mudahan kita memenangkan lailatul qodar, Puasanya Menang, dan meraih kemenangan di 1 Syawal. Aamiin. ***