Setelah Status KLB, Garut Antisipasi Penyebaran Difteri, Kenapa Difteri Bisa Menyebar di Indonesia?

24 Februari 2023, 23:16 WIB
Pemkab Garut mengantisipasi penyebaran difteri, kenapa difteri bisa menyebar di Indonesia?* /Ilustrasi/

KABAR PRIANGAN- Baru-baru ini Kabupaten Garut Jawa Barat menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah enam warganya meninggal diduga karena terinfeksi bakteri penyebab difteri dan tujuh terkonfirmasi positif difteri. Sementara 100 sempel lainnya masih menunggu hasil pemerikasaan.

Pemerintah Kabupaten Garut berencana untuk mengatisipasi penyebaran difteri dengan melakukan vaksinasi kepada warganya. Pemberian vaksin tersebut dianggap dapat mengurangi jumlah infeksi secara signifikan.

Selain di Garut, status KLB pun pernah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 lalu. 95 Kota Kabupaten dan 20 Provinsi di Indonesia mengalami masalah penyebaran penyakit difteri. Pemerintah pun dengan gencar menggalakan kembali vaksinasi kepada semua golongan usia.

Baca Juga: Antisipasi Meluasnya Penyebaran Difteri, Pemkab Garut Akan Laksanakan Imunisasi Massal

Di Indonesia, vaksin difteri merupakan program wajib yang diberikan pada bayi usia 2 bulan melalui imunisasi DPT. Dan diberikan sebayak lima kali secara berkala. Yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Difteri merupakan penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut mengandung racun yang berbahaya bagi organ tubuh, sehingga dapat mengganggu fungsi organ tersebut. Seperti kesulitan bernafas, lemas, demam, dan dapat menjadi komplikasi.

Dilansir Kabar-Priangan.com dari American Society for Microbiology pada 24 Februari 2023, difteri telah ditemukan sejak abad ke-5 Sebelum Masehi oleh bapak kedokteran dunia, Hippocrates.

Baca Juga: Kecelakaan Lalu-lintas di Daerah Perbatasan Banjar-Ciamis, Bos Cilok Priagung Meninggal

Difteri sangat berbahaya bahkan dapat merengut nyawa. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mencatat, penyakit tersebut pernah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di Amerika Serikat. Pada tahun 1921, tercatat 206 ribu kasus dengan 15.520 kasus kematian.

Berdasarkan kasus tersebut, 20 persen kematian terjadi pada anak usia dibawah lima tahun, 20 persen pada usia di atas 40 tahun, 10 persen pada usia sekitar 2-40 tahun.

Hal tersebut terjadi juga di Inggris dan Wales. Tahun 1930an, difteri menjadi penyabab kematian ketiga pada anak-anak.

Baca Juga: Praktik Masak Akhir Pekan, Berikut Resep Bitter Ballen Camilan Gurih Khas Belanda, Bisa Dijadikan Frozen Food!

Tahun 1898, ilmuwan Jerman Emil Von Behring, dan ilmuwan Jepang Shibasaburo Kitasato, menemukan vaksin difteri. Tahun 1891, Von Behring bekerjasama dengan Paul Ehrlich mencoba vaksin tersebut kepada manusia, dampaknya terjadi penurunan kematian akibat difteri, dari angka 48 persen menjadi 13 persen.

Di Indonesia, vaksin difteri baru diberikan kepada masyarakat pada tahun 1976 yang digabungkan dengan vaksin tetanus dan pertusis (DPT). Keberhasilan vaksinasi tersebut membuat difteri lenyap dari Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat abai untuk melakukan imunisasi. Sehingga kekebalan tubuh melemah, dan mudah terinfeksi.

Apalagi, saat ini menyebar paham pada aliran kepercayaan tertentu yang mengharamkan vaksinasi.

Baca Juga: Annyeong, Akhir Pekan Tiba! Inilah 5 Tempat Wisata Kuliner Makanan Khas Korea Halal dan Enak di Bandung

Difteri mudah menyebar. Karena bisa ditularkan melalu udara. Bakteri penyebab difteri hidup di dalam udara, jika terhirup makan akan terinfeksi. Hal ini dapat terjadi di tempat yang ramai. Kawasan padat penduduk dengan sanitasi buruk banyak terdapat di Indonesia, hal tersebut memungkinkan penyebaran difteri berkembang dengan sangat cepat.

Selain itu penggunaan barang-barang pribadi secara bersama dapat menularkan bakteri dengan mudah. Banyak kegiatan di Indonesia yang masih menggunakan barang-barang secara bersamaan. Misalnya makan bersama di atas daun pisang, saling bertukar makanan, minum dari botol yang sama, bahkan membuang ludah sembarangan.

Hal-hal tersebut dapat mempermudah berkembangnya infeksi difteri di Indonesia. Melakukan vaksinasi dan menjaga kebersihan serta hidup sehat adalah kunci utama agar terhidar dari penyakit salah satunya difteri.*

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler