Masjid di Komplek Ponpes Tahfidzul Quran Nurul Iman Makin Bergema di Bulan Ramadhan

- 19 April 2022, 23:43 WIB
Para santri berfoto di depan Masjid Nurul Iman Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, seusai mengikuti kegiatan.*
Para santri berfoto di depan Masjid Nurul Iman Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, seusai mengikuti kegiatan.* /kabar-priangan.com/Irman Sukmana/

KABAR PRIANGAN - Suasana sejuk dan tenang langsung menyapa ketika memasuki komplek pondok Pesantren Tahfidzul Quran Nurul Iman Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

Tegakan pohon yang mengelilingi komplek ponpes ditambah suara air Sungai Citanduy menambah suasana alami ponpes yang mulai dibangun pada tahun 1987  tersebut. Di tengah komplek, berdiri kokoh masjid dengan arsitektur khas masjid Demak.

Masjid sederhana yang menjadi pusat kegiatan di ponpes itu pun kini makin semarak dengan beragam kegiatan dalam mengisi bulan ramadhan.

Baca Juga: Kuota Jemaah Haji Indonesia Tahun Ini Sebanyak 100.051 Orang, Menag: Kloter Pertama Tanggal 4 Juni 2022

Ya, rangkaian kegiatan padat memang mewarnai lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Al Mussadaddiyah itu.

Selepas subuh, masjid  itu sudah bergema dengan tausyiah pada agenda kuliah subuh.  Setelah sholat subuh berjamaah, kegiatan disusul kegiatan Pasaran (ngalogat), Sima'an, Buka bersama, hingga Tarawih.

Pada sesi kegiatan ini, para santri menyimak kitab yang dibaca sembari sesekali diberi penjelasan sesuai dengan ilmu tafsir. 

Baca Juga: Mutasi dan Rotasi Sejumlah Pejabat dan Kapolsek di Polres Tasikmalaya Kota, Siapa Saja?  

Salah seorang pengasuh ponpes, Muhammad Alawi Al Maliky, membenarkan bila jadwal kegiatan lebih padat dari biasanya.

Yang pasti, ada penambahan waktu dari agenda rutin seperti pasaran kitab kuning yang biasanya dimulai dari pukul 08.00-10.00 WIB, di bulan ramadhan ditambah sampai Dzuhur dan setelah Dzuhur sampai Ashar.

Setelah Ashar dilanjutkan dengan Sima'an sebanyak 1,5 Juz oleh Pimpinan Ponpes KH. Dede Khoerudin atau kerap dipanggil Abu.

Baca Juga: Pemuda Warga Cipedes Kota Tasikmalaya Jadi Korban Begal. Pelaku Tiga Orang, Bawa Kabur Uang Rp1,8 Juta dan Han

Begitupun tugas murojaah (setoran hapalan) atau ziadah (tambahan setoran hapalan) ditambah. Meski padat, banyak santri takhosus (santri yang mondok) mengaku tak terbebani.

Menurut Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (IPTIQ) Jakarta ini, para santri justru terlihat antusias untuk memproduksi pahala yang hubungannya langsung dengan sang maha pencipta atau habluminalloh. 

"Justru kami bersemangat karena fadilahnya sangat besar. Abu atau Umi Oba Badriatul Adawiyah maupun guru-guru kami semua kerap memotivasi kami, " kata Nala Salsabila dan Azzah Laila Nur Azizah, santri takhosus di sela kegiatan setoran murojaah.

Baca Juga: H. M. Yusuf: Ramadhan Tahun Ini Umat Muslim Dapat Beribadah Tanpa Pembatasan yang Ketat

Tradisi mengisi bulan Ramadhan dengan pemadatan kegiatan tetap dipelihara santri di Pondok pesantren itu.

Salah satunya dalam pelaksanaan tarawih dimana bacaan surat yang dipilih dalam kegiatan  di masjid tersebut juga jadi ciri khas tersendiri dimana imam menyelesaikan satu Juz setiap malam.

Jadi bagi yang tidak pernah absen dan khusu saat mendengarkan surat yang dibacakan Imam, maka selama bulan Ramadhan, jemaah pun diyakini ikut menikmati pahala menyelesaikan atau khatam Alquran selama tarawih.

Baca Juga: Harapan Pedagang Timun Suri di Tasikmalaya, Penjualan pada Bulan Ramadhan Tahun Ini Lebih Laris

"Kalau yang tahu fadilah Qiyamul lail (tarawih) dan dengan menamatkan bacaan Alquran seperti ini pasti akan jadi buruan jemaah. Sebab ketika di suatu majelis dikhatamkan Alquran, maka sebanyak 65.000 malaikat diriwayatkan ikut berdoa, " kata Muhammad Alawi Al Maliky.

Dalam pelaksanaan terawih yang juga diikuti sejumlah warga setempat serta para santri itu, baru Kh. Dede Khoerudin dan M. Alawi yang menjadi imamnya.

"Kebanyakan yang jadi imamnya ya Abu (KH. Dede). Alhamdilillah Abu masih diberi kekuatan kesehatan dalam mengemban tugas ini meski waktu istirahatnya sangat terbatas,” ujar Alawi.

Baca Juga: INFO MUDIK: Hampir 90 Persen PJU Mati di Jalur Mudik Mangunreja Tasikmalaya Hingga Cilawu Garut

Ditambahkan, tradisi yang sudah dilakukan sejak ponpes itu berdiri tahun 1987, kata Alawi, sebagai bentuk takzim terhadap kebiasaan guru KH. Dede Khoerudin saat dirinya menimba ilmu di Pondok Pesantren Dar Al-Quran Arjawinangun Cirebon.

Menurut Alawi,  berburu pahala di bulan suci Ramadhan menjadi kebutuhan serta tantangan utama bagi para santri Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Nurul Iman ini.

Jaminan dari Allah SWT yang memberi limpahan rahmat bagi "produsen kebaikan" di bulan ini jadi alasan utama bagi pengelola dan santri untuk tak menyia-nyiakan kesempatan menambah pahala di bulan ini. ***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah