KSM Al-Falah Desa Mekarwangi Bangun Tempat Pengelolaan Sampah Secara Mandiri

- 29 Januari 2021, 15:03 WIB
Berangkat dari rasa keprihatinan dengan permasalahan sampah serta banyaknya warga yang suka membuang sampah sembarangan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Al-Falah, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler yang berinovasi membuat tempat pengolahan sampah mandiri.
Berangkat dari rasa keprihatinan dengan permasalahan sampah serta banyaknya warga yang suka membuang sampah sembarangan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Al-Falah, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler yang berinovasi membuat tempat pengolahan sampah mandiri. /Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Selama ini sampah masih menjadi permasalahan pelik yang sulit dipecahkan di Kabupaten Garut. Tingginya volume sampah yang dihasilkan setiap harinya di Garut telah menimbulkan permasalahan yang memprihatinkan.

Kondisi ini diperparah dengan masih rendahnya tingkat kesadaran warga yang masih sering membuang sampah secara sembarangan. Di sisi lain, ketersediaan lahan tempat pembuangan akhir (TPA) serta ketersediaan armada angkutan juga masih tak memadai sehingga tak heran kalau seringkali terjadi timbunan sampah di mana-mana.

Hal ini mengundang keprihatinan berbagai kalangan sehingga tak sedikit pihak yang peduli mencoba mencari solusi untuk menanggulani masalah penumpukan sampah di Garut. Seperti yang dilakukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Al-Falah, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler yang berinovasi dalam hal pengelolaan sampah.

Baca Juga: Pergerakan Tanah di Sarimekar Jatinunggal Sumedang Perlu Diwaspadai

"Berangkat dari keprihatinan melihat permasalhan sampah di Garut yang sulit ditangani, maka kami menginisiasi dan membangun fasilitas pembuangan sampah secara mandiri," ujar Nurjaman (45), Ketua KSM AL-Falah, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Rabu (27/1/2021).

Diakui Nurjaman, ia dan ekan-rekannya juga sangat menyayangkan banyaknya orang yang kurang peduli terhadap lingkungan dengan membuang sampah secara sembarangan. Merekapun akhirnya punya niat untuk memberikan penyadaran kepada warga yang suka membuang sampah secara sembarangan sehingga tercetus gagasan untuk membuat tempat pengelolaan sampah mandiri.

Pada akhirnya Januari 2019, tutur Nurjaman, ia dan rekan-rekannya berhasil membuat tempat pengelolaan sampah yang mulai dioperasikan pada bulan yang sama. Pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan alat berupa mesin pembakaran.

Diterangkannya, melalui mesin pembakar itu, dirinya bukan hanya bisa mengurangi tumpukan sampah yang selama ini srring terjadi. Hasil dari pembakaran sampah kemudian dimanfaatkan lagi yakni dibuat menjadi paving block.

"Yang dibakar melalui mesin pembakaran adalah sampah non organik seperti plastik dan yang lainnya. Sampah yang dibakar melalui mesin pembakaran akan menghasilkan abu dan menjadi bahan untuk pembuatan paving block," katanya.

Nurjaman pun merasa sangat bersyukur karena upayanya untuk membuat tempat pengelolaan sampah tersebut mendapat dukungan dari pihak Pemerintahan Desa Mekarwangi. Tak hanya itu, dukungan pun datang dari warga sehingga pad akhirnya tak sedikit yang ikut bergabung di Yayasan Al-Falah.

Baca Juga: 4 Pedagang Kaki Lima Jadi Korban Tabrak Lari di Tasik, Gerobak Hancur dan Dagangan Berhamburan

 Adanya dukungan dari pemerintah desa dan warga menurut Nurjaman sangat membantu pihaknya dalam upaya mewujudkan harapannya untuk membangun tempat pengelolaan sampah. Seiring dengan hal itu, kesadaran warga untuk tidak membuang sampah secra sembarangan pun terus meningkat.

Di sisi lain, diungkapkan Nurjaman, hal itu bukan berarti selama ini pihaknya tak menemui kendala dalam pelaksanaan pengolahan sampah di daerahnya. Adanya keterbatasan masih menjadi kendala yang menyebabkan pelaksanaan pengolahan sampah belum bisa berjalan secara optimal.

Tidak adanya mesin pencacah plastik, keterbatasan kapasitas mesin, serta minimnya operasional saat ini menjadi faktor utama yang menyebabkan pengelolaan sampah belum bisa dilakukan secara maksimal.

"Untuk membayar upah pegawai yang mengelola sampah saja kami masih kekurangan karena selama hanya mengandalkan uang dari iuaran yang ditarik dari warga sebesar Rp 2 ribu. Belum lagi kebutuhan untuk operasional lainnya yang juga belum bisa tercukupi," ucap Nurjaman.

Nurjaman menyebutkan, keberadaan mesin pencacah plastik sangat penting supaya sampah berupa botol plastik atau perkakas lainnya yang terbuat dari plastik juga bisa langsung diolah. Untuk saat ini, sampah botol plastik dan semacamnya masih belum bisa diolah oleh mesin pengolah sampah yang ada karena sebelumnya terlebih dahulu harus melalui proses pencacahan.

Masih menurut Nurjaman, ketika ada sampah botol plastik dan semacamnya, saat ini terpaksa dijual ke pengepul sehingga nilai ekonominya sangat minim. Kalau saja sampah seperti itu sudah bisa diolah di tempat tersebut, maka akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding langsung dijual ke pengepul.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah