Dari Workshop SPS: Strategi Pers Memaksimalkan Pendapatan Produk Digital, Media Harus Berinovasi pada 4 Pilar

9 Desember 2022, 14:08 WIB
Ketua Harian SPS Pusat, Januar P. Ruswita, saat berbicara dalam Workshop Series #31: /kabar-priangan.com/SPS/

KABAR PRIANGAN - Saat ini hampir semua media konvensional memanfaatkan medium digital. Walaupun begitu tidak semua produk digital berhasil dimonetisasi secara layak.

Karena itulah, dalam upaya menemukan formula tentang permasalahan media di Tanah Air tersebut, Serikat Perusahaan Pers (SPS) mengadakan Workshop Series #31: "Memaksimalkan Produk Digital untuk Keberlanjutan Media". Kegiatan digelar di Bandung, Jawa Barat, Selasa 6 Desember 2022.

Selain dihadiri insan media dari berbagai daerah se-Indonesia termasuk kabar-priangan.com/ Harian Umum Kabar Priangan, juga hadir beberapa perwakilan korporasi/brand. Hadirin melakukan sharing tentang seperti apa produk digital media yang ramah pengiklan, serta seperti apa harapan dan dukungan mereka untuk keberlanjutan bisnis media.

Baca Juga: Peringatan HUT ke-3 PRMN, Jangan Khianati Semangat Jurnalisme agar Menghasilkan Produk Jurnalistik Adiluhung

Dalam workshop organisasi SPS yang dulu kepanjangan dari Serikat Penerbit Surat Kabar itu terungkap, sebagai organisasi perusahaan pers yang menaungi sekira 600 media arus utama di seluruh Indonesia, SPS meyakini konvergensi media/pers ke arah digital adalah keniscayaan.

Berbagai cara sudah dilakukan perusahaan-perusahaan pers, seperti membuat website/portal news, masuk ke ranah media sosial, dan lain-lain produk jurnalistik medium digital. Hampir seluruh perusahaan pers cetak, minimal memiliki portal news sebagai upaya pengembangan bisnis dan adaptasi era digital.

Namun, pada praktik menuju konvergensi digital, media masih kesulitan menemukan keseimbangan dan kestabilan bisnis. Target pembaca produk konvensional semakin mengecil, semakin segmented. Sementara pemasukan iklan digital masih belum bisa menggantikan iklan konvensional/print. Malah yang lebih banyak menikmati kue iklan digital, justru bukan media sebagai pemilik produk.

Baca Juga: 5 Wisata Kuliner Legend di Ciamis Ini Tawarkan Menu Klasik namun Lezat, Ada yang Berumur Setengah Abad

Menanggapi hal tersebut, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas.id, Tri Agung Kristanto, menyebutkan, media-media yang tutup saat ini bukan karena disrupsi digital, tapi karena ketidakmampuan beradaptasi dan persoalan internal. Adaptasi digital yang dilakukan media juga sering tidak relevan.

“Kalau mau menambah pendapatan, media jangan hanya melakukan intensifikasi, lebih baik ekstensifikasi," ucap Tri yang juga salah seorang Anggota Dewan Pers Komisi Pendidikan dan Pengembangan Profesi Pers, dalam siaran pers SPS.

"Kami di Kompas tidak bisa berdiri sendiri, makanya membuat kaki-kaki (produk-produk) baru, seperti Kompas.id, Kompasiana, dan lainnya,” ujarnya, menambahkan.

Baca Juga: Piala Dunia 2022 Digelar dan BLT Cair, Konsumen Servis TV di Cimuncang Tasikmalaya Melonjak Dua Kali Lipat

Sementara itu, Ketua Harian SPS Pusat, Januar P Ruswita, menambahkan, sebagian besar kue di platform digital dikuasai platform periklanan global. Ia berharap platform periklanan nasional yang ada sekarang bisa menciptakan iklim model bisnis media yang sehat. "Mudah-mudahan juga mendukung produk jurnalistik yang berkualitas,” ujar Januar.

Sedangkan CEO Promedia Teknologi Indonesia, Agus Sulistriono, menegaskan bisnis media bisa berlanjut kalau menghasilkan profit. Dalam konteks tersebut, media harus membuat inovasi pada empat pilar.

“Inovasi media itu pada business model, business process, revenue model, dan creative content-nya," ucap Agus yang juga Shareholder Pikiran Rakyat Media Network (PRMN).*

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler