Mengenal Sosok Patung Polisi di Banjar. Gus Dur: Satu-satunya Polisi Jujur Setelah Patung dan Polisi Tidur

- 3 Maret 2023, 08:39 WIB
Jendral Heogeng Imam Santoso, satu-satunya polisi jujur menurut Gusdur, yang sosoknya dijadikan patung di Kota Banjar.*
Jendral Heogeng Imam Santoso, satu-satunya polisi jujur menurut Gusdur, yang sosoknya dijadikan patung di Kota Banjar.* /DOK Pikiran Rakyat/

KABAR PRIANGAN - “Hanya ada tiga polisi yang jujur, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Pak Hoegeng”

Itu adalah guyonan Presiden ke 4, KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, disampaikan pada acara diskusi bertema Dekonstruksi dan Revitalisasi Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, 31 Agustus 2006 silam.

Guyonan tersebut membuat halayak tertawa sekaligus miris. Mengapa hanya Jendral Hoegeng yang dianggap sebagai polisi jujur di Indonesia? Apakah begitu sulit untuk menemukan polisi yang jujur?

Baca Juga: Smartphone Milik Tersangka Mario Dandy Satrio, Shane Lukas dan Saksi AG di Periksa Polisi

Jendral Hoegeng Imam Santoso adalah Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) ke 5 periode 1968-1971. Sosoknya menjadi simbol polisi jujur karena ia terkenal  idealis dan anti korupsi.

Atas dasar itulah, patung Jenderal Polisi Hoegeng berdiri di beberapa titik di Kota Banjar Jawa Barat. Salah satunya di Jalan Brigjen M.Isa dan Perbatasan Ciamis-Banjar.

Patung tersebut diresmikan pada 14 Oktober 2016 oleh Kapolres Banjar yang saat itu menjabat, AKBP Novri Turangga.

Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain Madura United vs Borneo FC di BRI Liga 1, Lengkap dengan Head to Head Kedua Tim

Didirikannya patung tersebut sebagai inspirasi bagi seluruh anggota Polri agar mencontoh kiprahnya, bersikap jujur dalam menjalankan tugas.

Tidak hanya dibadikan dalam bentuk patung, namanya pun dijadikan salah satu nama jalan di Kota Idaman tersebut.

Pemilihan tanggal peresmian disesuaikan dengan tanggal lahir Jendral Hoegeng. Acara itu dihadiri oleh istri Almarhum Jendral Hoegeng, Merry Roeslanai (91).

Mengenal Sosok Jenderal Hoegeng

Suasana peresmian patung Jendral Polisi Hoegeng di Kota Banjar pada 14 Oktober 2016 lalu.*
Suasana peresmian patung Jendral Polisi Hoegeng di Kota Banjar pada 14 Oktober 2016 lalu.*

Dikutip kabar-priangan.com dari pikiran-rakyat.com pada 3 Maret 2023, Hoegeng lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921, dengan nama Imam Santoso. Karena tubuhnya gempal, ia dipanggil Bugel yang lama kelamaan menjadi Bugeng lalu Hugeng.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner di Bogor yang Lagi Hits 2023 dan Dekat Stasiun, Ada Kafe Berkonsep ala Pantai Loh!

Ia menempuh pendidikan di HIS dan MULO Pekalongan, lalu AMS A di Yogyakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia (sekarang Jakarta), dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Setelah lulus PTIK tahun 1952, Hoegeng ditugaskan sebagai Kepala Reskrim di Medan, Sumatera Utara. Disana ia mendapat banyak sambutan unik.

Banyak hadiah yang ditawarkan kepadanya, mulai dari rumah dan mobil yang diberikan secara cuma-cuma yang telah disediakan oleh para cukong judi. Namun Hoegeng menolaknya, dan memilih tinggal di hotel selama menunggu rumah dinas ada.

Baca Juga: Laga Persib vs Persija Ditunda, Pelatih Maung Bandung Kecewa. Milla: Menurut Saya Ini Kurang Fair

Sikapnya tersebut menarik perhatian dan membuat gempar Kota Medan. Hoegeng kemudian diperintah Presiden Soekarno menjadi Direktorat Jenderal (Dirjen) Imigrasi.

Pada saat itu ia meminta istrinya menutup toko bunga. Karena ditakutkan ketika ia menjabat, segala yang berurusan dengan imigrasi akan memesan bunga kepada istrinya.

Ia juga pernah menolak mobil dinas dari Sekretariat Negara karena merasa sudah cukup dengan jeep dari Kepolisian. Tahun 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kapolri menggantikan Soetjipto Yudhodiharjo.

Baca Juga: 4 Pelaku Utama Sindikat Curanmor Masih Berkeliaran, 4 Orang Lainnya Telah Ditangkap Polres Banjar

Salah satu kasus terkenal yang ia tangani adalah penyelundupan mobil mewah yang didalangi oleh Robby Tjahyadi atau Sie Tji It. Kasus tersebut menyeret nama istri Presiden Soeharto, Ibu Tien.

Setelah pengungkapan kasus tersebut, pemberhentian Hoegeng sebagai Kapolri dipercepat dengan alasan regenerasi.

Selain itu, kasus yang paling menarik perhatian masyarakat ketika Hoegeng menjabat adalah Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur bernama Soemaridjem (17) pada 21 September 1970 di Yogyakarta.

Baca Juga: Seorang Ayah di Garut ajak Anaknya Minum Racun Tikus, Videonya Viral di Medsos

Diduga pelaku tindak pemerkosaan adalah orang-orang berpengaruh atau berkuasa di Yogyakarta. Karena pelaku menggunakan mobil untuk menculik dan memperkosa Soemaridjem di dalamnya. Kala itu, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memilki mobil.

Menurut pengakuan Soemaridjem, pelakunya ada empat orang. Ia diculik ketika tengah berjalan di depan Asrama Polisi Patuk Yogyakarta.

Kemudian dibuang di jalan Wates-Purworejo, Gamping. Namun pengakuan Soemaridjem ini dianggap bohong.

Baca Juga: Tebing Longsor Ancam Rumah Warga Giriharja Rancah Ciamis, Warga Diimbau Waspada

Hoegeng membuat tim khusus untuk menyelidiki kasus tersebut yang diberi nama Tim Pemeriksa Sum Kuning yang diketuai oleh Kapolda IX Jawa Tengah, Suwardjiono.

Kasus tersebut pun menyeret nama anak sejumlah pejabat, salah satunya Wakil Gubernur DIY, Paku Alam VIII. Namun hal itu dibantah.

Hoegeng melaporkan kasus tersebut kepada Presiden Soeharto. Kasus kemudian dilimpahkan kepada Tim Pemeriksa Pusat.

Baca Juga: 20-25 Lokasi Galian C di Pangandaran Tak Berizin, Para Pengusaha Tambang Ilegal Dikumpulkan

Setelah dua tahun berlalu, polisi pun menetapkan tujuh orang tersangka dalam kasus tersebut, salah satunya seorang mahasiswa dan penjual sate.

Hal itu tentu saja tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Soemaridjem. Karena dianggap menyebarkan berita bohong, ia mendapat hukuman tiga bulan penjara.

Dan masyarakat pun tidak puas dengan penanganan kasus tersebut. Hingga kini, tak pernah diketahui siapa sebenarnya pelaku dalam kasus tersebut.

Baca Juga: Setelah Bertemu dengan Majelis Tinggi DPP, Partai Demokrat Kota Tasikmalaya Berharap Anies Baswedan Pilih AHY

Hoegeng tutup usia pada 14 Juli 2004, setelah melawan stroke yang sudah lama di deritanya.

Itulah sekilas kiprah Jenderal Polisi Hoegeng, satu-satunya polisi jujur menurut Gusdur, yang patungnya berdiri di Kota Banjar.

Indonesia tentunya bangga pernah memiliki sosok polisi yang idealis dan anti korupsi. Semoga seluruh anggota polri dapat mengambil teladan dari sosok Jenderal Hoegeng.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x