Kompetisi Inovasi Digital Pemilu Selesai, Ini Daftar Lengkap Pemenang Hackathon 2023 dan Link Karya Finalis

- 16 Desember 2023, 15:42 WIB
Proyek inovasi AI Hoax Buster dari tim Universitas Islam Raden Rahmat, Malang, meraih juara pertama Kategori Mahasiswa Kompetisi Election Hackathon 2023 yang diumumkan di Bandung, Jumat, 15 Desember 2023.*/Kolase Kabar-Priangan.com/Panitia Hackathon 2023/Dok. Unira
Proyek inovasi AI Hoax Buster dari tim Universitas Islam Raden Rahmat, Malang, meraih juara pertama Kategori Mahasiswa Kompetisi Election Hackathon 2023 yang diumumkan di Bandung, Jumat, 15 Desember 2023.*/Kolase Kabar-Priangan.com/Panitia Hackathon 2023/Dok. Unira /

KABAR PRIANGAN - Kompetisi Election Hackathon 2023 telah selesai. Event yang diselenggarakan oleh Nakara Foundation bekerja sama dengan UNESCO dan The European Union itu ditutup dengan acara pengumuman pemenang tadi malam, Jumat, 15 Desember 2023 di Bandung, Jawa Barat.

Puncak acara final Election Hackathon 2023 yang diikuti oleh 10 tim terpilih dari kategori mahasiswa dan media tersebut, melahirkan juara pertama yakni Proyek website TAGIH JANJI dari tim ZonaUtara.com, Sulawesi Utara, dan inovasi AI HOAX BUSTER dari tim Universitas Islam Raden Rahmat, Malang.

Dalam sambutannya, Programme Specialist, Communications & Informations UNESCO For Jakarta Office, Ana Lomtadze, menyampaikan, kompetisi ini merupakan bagian dari proyek Social Media 4 Peace UNESCO yang didanai oleh Uni Eropa. "Proyek ini bertujuan untuk mengatasi penyebaran konten berbahaya secara daring, sekaligus melindungi kebebasan berpendapat dan mendorong pembangunan perdamaian secara daring," tutur Ana.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024 Digelar Kompetisi HACKATHON 2023 Meretas Ide untuk Pemilu Bebas dari Hoaks, Berikut Linknya

Ana mengungkapkan bahwa akar penyebab, skala, dan dampak disinformasi online dan ujaran kebencian sangatlah kompleks dan menakutkan, namun dampaknya sangat nyata. Meskipun masing-masing konten tampaknya tidak berpengaruh atau tidak melanggar aturan platform, peredaran besar-besaran ujaran kebencian dan disinformasi, yang sering kali saling terkait, telah terbukti memperburuk kekerasan di dunia nyata dan perpecahan dalam masyarakat.

Mengutip survei yang dilakukan UNESCO di 16 negara, termasuk Indonesia diketahui sebanyak 85% warga negara khawatir terhadap dampak disinformasi daring. Sebanyak 87% masyarakat percaya bahwa disinformasi ini telah berdampak besar pada kehidupan politik di negara mereka.

“Kami paham bahwa tidak ada solusi cepat atau solusi yang bisa diterapkan untuk semua hal dan kami membutuhkan semua orang untuk mengatasi masalah ini. Dalam kerangka proyek Social Media 4 Peace, UNESCO di satu sisi bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat sipil, dan platform media sosial untuk mengatasi kesenjangan dalam peraturan dan untuk mempromosikan praktik moderasi konten yang lebih baik, yang berakar pada konteks dan dialog lokal," ujar Ana.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah