Melalui Kajian Geososiolinguistik, Tim PKM RSH UPI Telusuri Ancaman Kepunahan Bahasa dan Literasi Budaya Sunda

23 November 2023, 23:01 WIB
Tim Orionious PKM-RSH UPI Bandung. Lolos Pimnas 2023 melalui riset ancaman kepunahan bahasa Sunda.*/Kabar-Priangan.com/Dok. PKM RSH UPI /

KABAR PRIANGAN - Hasil pemetaan riset Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora (PKM RSH) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, sebesar 8,9% wilayah rawan tinggi terancam kepunahan bahasa Sunda yang disebabkan pengaruh geografis. Temuan baru hasil wawancara itu karena kurangnya penggunaan bahasa Sunda akibat rendahnya tingkat literasi budaya. Tingkat literasi budaya mereka juga dipengaruhi karena kecenderungan zilenilal ikut tren masa kini.

Secara keseluruhan, faktor kepunahan bahasa terjadi karena pengaruh geografis, sosiologi, dan linguistik yang berkaitan satu sama lain. Dipengaruhi pula oleh bagaimana tingkat literasi budaya setiap orang.

Gabungan tiga disiplin illmu yang mempelajari pengaruh bahasa oleh faktor geografis, sosiologis, dan linguistik itu sendiri. Dalam konteks bahasa Sunda di wilayah Bandung yang termasuk pada Sunda Priangan, geososiolinguistik dapat digunakan untuk memahami pengaruh tempat tinggal terhadap literasi budaya dan bahasa.

Baca Juga: Daftar Lengkap UMP 2024 di 38 Provinsi, Ini Alasan Kementerian Ketenagakerjaan Kenaikannya Hanya Tipis

Sebelumnya, Tim PKM RSH UPI mengambil peluang dalam riset geososiolinguistik yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti melalui Ditjen Belmawa. Mereka menelusuri bagaimana kajian geososiolinguistik dapat memengaruhi bahasa. Dalam hal ini, bahasa Sunda menjadi objek telusurnya.

Tim PKM RSH UPI yakni Tim Orionious beranggotakan Dian Hamidah, Neng Saina, Robby Ismail Fasya, dan Salsa Fatia Azhar berhasil lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas-36) 2023. Tim ini juga dibimbing oleh Dosen Dr. Wina Nurhayati Praja, MPd, mengumpulkan data dari masyarakat Sunda di wilayah Bandung Raya (Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung).

Tim Orionious PKM RSH UPI Bandung.*/Kabar-Priangan.com/Dok. PKM RSH UPI

Menurut Dian, secara spesifik, dugaan sementara bahasa Sunda terancam punah pada generasi zilenial. "Hal ini merujuk pada data menurut Badan Pusat Statistik bahwa 72,44% persentase penggunaan bahasa Sunda di Jawa Barat terindikasi menurun dibanding penggunaan bahasa Sunda oleh generasi milenial sebesar 73,92%," tutur Dian, Kamis 23 November 2023.

Baca Juga: Tentara Israel Tangkap Direktur RS Al-Shifa dan Sejumlah Dokter di Gaza Palestina Saat Konvoi Bersama WHO

Tak hanya itu, dominasi penggunaan bahasa Sunda nyatanya tidak dibekali dengan fungsi penggunaannya yang terkenal dengan “undak usuk basa Sunda”.

Penelitian ini dibuktikan Tim PKM RSH UPI, dengan hasil pemetaan sebesar 8,9% dapat mengancam kelestarian asli bahasa Sunda di wilayah rawan terkena akibat letak geografis. "Temuan baru hasil wawancara, kurangnya penggunaan bahasa Sunda akibat rendahnya tingkat literasi budaya mereka. Tingkat literasi budaya mereka juga dipengaruhi karena kecenderungan zilenilal ikut trend masa kini," ujar Dian.

Beda halnya dengan literasi budaya dan penggunaan bahasa Sunda pada masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan. Literasi budaya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan karena bahasa Sunda lebih banyak digunakan di daerah pegunungan dalam kehidupan sehari-hari.

"Sementara di perkotaan, bahasa Sunda sering bercampur dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan kurang fasihnya penutur bahasa Sunda di perkotaan. Penyebabnya karena mobilisasi dan interaksi akan lebih besar di wilayah perkotaan akibat banyaknya pendatang atau lainnya," ucap Dian.

Baca Juga: Timnas Indonesia Masih Besar Asa Ada 4 Laga Sisa, Saddil Ramdani: Hilangkanlah Kritik-kritik

Ditambahkan Wina, hasil riset lainnya membuktikan, 100 responden merasakan pengaruh lokasi tempat tinggal memengaruhi penggunaan bahasa Sunda berdasarkan tingkat literasi budaya mereka. "Begitupun dengan pengaruh keseharian penggunaan bahasa, tak akan berpotensi bahasa campuran jika punya kepedulian pada budaya. Berbeda dengan banyak interaksi, sosialisasi, atau mobilisasi akan langsung memengaruhi kualitas bahasa seseorang tanpa melirik bagaimana literasi budayanya," ucap Wina.***

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler