KABAR PRIANGAN - Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota santri menunjukan anomali atau ketidak normalan pada saat ini.
Meski fenomena sosial bermunculan dalam 10 tahun terakhir, anomali tersebut apakah santrinya, ulamanya atau pemimpin pemerintahan, bahkan rakyatnya yang membuat kota santri itu jauh dari kenyataan saat ini.
Hal itu mencuat dalam diskusi pada Launching Primajasa Institute di Balai Panghegar Hotel Mandalawangi, Kota Tasikmalaya dengan tema "Anomali Di kota Santri" pada Sabtu, 6 Maret 2021.
Baca Juga: Mulyadi Digadang-gadang Siap Maju di Pilgub Jabar
Rektor IAILM Suryalaya Prof. DR. Asep Salahudin, salah satu pembicara mengatakan, anomali tersebut apakah hanya terjadi di Tasikmalaya, atau justru terjadi pula di Jawa Barat dan nasional.
Untuk menanggapi hal tersebut, butuh penelitian yang memadai. Apa yang menyebabkan anomali di kota santri.
“Jadi sejak dahulu Tasikmalaya itu tidak pernah kekurangan ulama yang sampai ke tingkat nasional. Namun hari ini bagaimana?” jelas Asep Salahudin.
Baca Juga: Mulan Jameela Dijagokan Dalam Pilkada Garut
Sementara itu, Direktur Eksekutif Primajasa Institute, H. Mulyadi MMA mengatakan, Primajasa Institute hadir di Tasikmalaya sebagai lembaga kajian yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan keilmuan atau riset dalam segala bidang guna meningkatkan sumber daya manusia di masyarakat dan daerah.
"Lembaga ini didirikan oleh Founder Primajasa untuk turut serta berkontribusi dalam menyikapi juga memikirkan persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat," ujar dia.
Ia berharap, dengan hadirnya Primajasa Institute bisa mendorong terhadap pengembangan sekaligus peningkatan SDM demi pembangunan daerah yang lebih baik dalam berbagai sektor.
Baca Juga: Ketua DPRD Garut Mangkir Dari Pemeriksaan, Kejari Bisa Melakukan Penjemputan Paksa
Sekretaris Primajasa Institute, Usman Kusmana, mengatakan jika kedepannya pihaknya akan merancang sejumlah agenda seperti diskusi bulanan dan FGD dengan membahas isu-isu yang aktual di Tasikmalaya.
Pihaknya pun bakal merangkul narasumber dari ahlinya, disamping melakukan riset dan peningkatan kasitas SDM dalam bidang sosial, budaya dan politik.
"Kita pun bisa saja nanti membuat semacam penerbitan rutin yang dibagikan gratis ke komunitas-komunitas dari hasil kajian," jelas Usman.***