"Jadi kami disini berusaha melakukan suatu kegiatan edukasi untuk masuk ke ranah yang dianggap oleh masyarakat umum sulit untuk dipenetrasi dalam tanda kutip yaitu lingkungan pesantren," ujarnya.
"Tujuannya untuk memberikan pendidikan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualitas yang disesuaikan dengan prinsip dan norma keagamaan di lingkungan pesantren," kata Sakti, menambahkan.
Selain itu, lanjut Sakti, pihaknya juga ingin memberikan gambaran bahwa sebetulnya pesantren itu bisa menunjukan kapasitasnya untuk memberikan edukasi dan melindungi para santri yang ada di lingkungan pesantren.
Menurutnya, ada tiga materi besar yang disampaikan. Pertama dari sisi tes kesehatan seperti memperkenalkan organ reproduksi, penyakit menular seksual, organ tubuh, pubertas dan yang lainnya yang berhubungan dengan biologis.
Kedua, memperkenalkan apa itu gender, apa itu seksualitas. "Itu perlu disampaikan karena bagaimanapun santri bakal dihadapkan pada dunia yang bertransformasi yang tentunya juga penyampaiannya disesuaikan dengan norma-norma pesantren," katanya.
Baca Juga: Kerap Lempari Rumah dengan Batu, Dua Remaja di Tasikmalaya Babak Belur Dihajar Warga
Ketiga, lanjut Sakti, setelah mereka mendapatkan pemahaman dasar dari sisi sosial dan biologisnya, materi yang disampaikan mulai masuk pada kasus-kasus kekerasan seksual.
"Sehingga para santri dan santriwati itu bisa melindungi dirinya dan bisa menjauhi terhadap terjadinya kekerasan seksual yang bisa saja terjadi dilingkungannya. Intinya tujuan kegiatan ini mengedukasi santri terkait seksualitas dan pendidikan seksualitas," katanya.
Kegiatan dilaksanakan di Tasikmalaya karena Tasikmalaya merupakan kota santri atau kota dengan jumlah pesantren yang cukup banyak. "Sebenarnya sasarannya di seluruh Jawa Barat, namun saat ini fokus di Tasikmalaya yang dikenal daerah seribu pesantren," ujarnya.