Karena notabene warga di lingkungan sekitar adalah petani yang sebagian besar tidak bisa menulis, membaca, apalagi berhitung, maka sangat banyak petani yang mengalami selisih ketika menghitung uang hasil bumi yang mereka dapatkan dari para tengkulak.
"Buta aksara menjadikan para petani banyak rugi dibanding untungnya, maka Ibu Ihat sangat menginginkan para petani sekitar melek aksara. Jadi antusias warga untuk bisa membaca dan menulis menjadi sebuah keharusan mutlak, sehingga akhirnya dapat mengikuti proses pembelajaran di PKBM Gilang Tiara," ujar Subiatna dalam wawancara dengan Kabar-Priangan.com, Jumat 10 Februari 2023.
Berkat kegigihan dan perjuangan Ibu Ihat, kini ribuan masyarakat menjadi melek aksara serta mempunyai skill menjahit. Sedikit demi sedikit pekerjaan warga sekitar berubah menjadi karyawan pabrik, secara tidak langsung hal inilah yang kemudian menaikkan taraf hidup warga sekitar.
Sampai sekarang PKBM Gilang Tiara masih tetap beroperasi di tengah wacana penghapusan Pendidikan Non-Formal karena setiap warga negara berhak atas pendidikan yang hal itu tercantum dalam Pasal 31 ayat 1 UUD 1945.*