Menurut Ina, uang hasil penjualan tersebut masuk kas Kelas I. "Jadi yang dijual di sini adalah yang dibuat dan dibeli oleh siswa juga. Ya demokrasi ala siswa yakni dari siswa, oleh siswa, untuk siswa dan orangtua. Reseplah aya acara kieu," kata Ina.
Stan lainnya, Stan Kelas II menampilkan produk kerajinan berbahan lilin berbentuk buaya. Tampak pula hiasan bunga dari kantong keresek serta lukisan-lukisan hasil karya siswa.
Di sebelahnya, Stan Kelas III menghadirkan produk kerajinan dari tempelan kain batik, serta makanan comro dan tempe. Tempe-tempe tersebut dijual seharga Rp 2500 per dua buah. "Tempe ini dibuat oleh para siswa Kelas III, ketika didagangkan di sini laris manis," ujar orangtua siswa yang juga sedang menjaga stan tersebut, Hermawati.
Stan Kelas IV menampilkan karya siswa berupa aplikasi dari kain panel, hiasan akuarium
mini dan lainnya. Sedangkan makanannya jasuke, pisang keju, dan getuk. Semua makanan seharga Rp 2000 itu habis dengan cepat. "Tadi membuat pisju 25 buah, jasuke 50 lebih, dan getuk 32. Habis semua, jadi siswa membuat lagi karena bahan-bahannya masih ada," kata salah seorang Pembina Kelas IV Siti Yuhanida, SPd, didampingi POM Kelas IVC Teti S Nugraha.
Adapun Stan Kelas V menghadirkan karya seni origami dan topeng dari dus, paper bag dari kertas kado, serta batik jumputan batik celup buatan siswa dan orangtua. Kawasan Cigeureung memang terkenal sebagai sentra pembuatan batik tasik. "Anak-anak membuat batik ini dengan
didampingi pembina dan orangtua. Kalau batik buatan orangtua harganya Rp 75.000 sampai Rp 85.000 per lembar," ucap Siti.
Baca Juga: Gara-gara Cucu, Seorang Jaro Baduy di Banten Mendaftarkan Warganya Menjadi Peserta Jaminan Kesehatan