Baca Juga: Jajan Sambil Malam Mingguan? Kunjungi Wisata Kuliner Malam di Tasikmalaya
ChatGPT merupakan aplikasi yang ditemukan oleh Sam Altman yang menawarkan manfaat pada pembelajaran menulis sebagai penyedia ide menulis, sumber referensi, dan inspirasi model tulisan sesuai database yang dimilikinya. Sedangkan Google Docs merupakan aplikasi bawaan Google yang mengkoneksikan antara dosen-mahasiswa dengan mahasiswa satu dengan lainnya dalam sebuah rumah untuk menuangkan ide tertulis secara bersama-sama secara real-time. Aplikasi ini dilengkapi dengan berbagai fitur yang mendukung adanya kerja kolabortif dinamis untuk menghasilkan karya tulis luar biasa.
Fitur editing memungkinkan antarmahasiswa mengubah dan memperbaiki konten tulisannya ditambah lagi adanya fitur commenting memberikan keleluasaan akses bagi dosen dan mhasiswa memberikan komentar baik visual, emoticon bahkan suara sekalipun. Sedangkan Quillbot membantu dunia akademis dalam memparafrase berbagai sumber rujukan dari jurnal ilmiah, buku, website, dan juga repository yanga tentunya ini sangat mendukung kebutuhan menulis mahasiswa untuk menghasilkan komposisi essay yang diharapkan. Setelah itu, tulisan yang mereka hasilkan akan dibantu oleh Grammarly dalam pengecekan elemen tulisan mulai dari ketepatan, pemilihan kata, kejelasan penyampaian ide, dan tentunya struktur bahasanya.
Analogi Chef Pembuat Nasi TO
Tapi, apakah penggunaan semua aplikasi yang disebutkan perlu bimbingan dosen? Tentu, dosen memiliki peran krusial dalam menjodohkan teknologi tepat guna dengan pendekatan pedagogisnya. Posisi dosen di sini dianalogikan seperti chef pembuat nasi tutug oncom (TO) dimana nasi putih diibaratkan teknologi, oncomnya adalah pendekatan pedagogisnya. Tanpa adanya seorang chef yang meracik bumbu dan memasak kedua bahan utama itu, tentu saja tidak dapat kita rasakan nasi tutug oncom yang lezat kebanggaan warga Sunda itu. Sama halnya, tanpa adanya seorang dosen, tidak akan pernah tahu bahwa teknologi akan tepat digunakan untuk pembelajaran menulis di kelas dan tanpa adanya pendekatan pedagogis dari dosen sangat mungkin jika teknologi itu dianggap biasa saja bahkan bisa disalahgunakan.
Baca Juga: Kabar Gembira bagi Pegawai Honorer! Kini PPPK Berhak Dapat Uang Jatah Pensiun, Berikut Selengkapnya
Pendekatan pedagogis yang dikawinkan dengan teknlogi tepat guna yang dimaksud berupa desain intruksional menulis dengan beberapa langkah. Harris dkk (2006) menuliskan pada artikel penelitiannya yang mana tujuan dari pendekatan inilah menciptakan mahasiswa yang mampu menulis dan memiliki self-regulated strategies secara bersamaan.
Pada praktiknya di kelas beberapa tahap pengalaman belajar harus dilalui oleh dosen dan mahasiswa. Pertama, guru mengaktifkan background knowledge mahasiswa tentang topik menulis yang akan dipelajari. Misal, seorang dosen akan mengajarkan bagaimana cara menulis tentang cara memilah sampah organik dan anorganik. Maka sudah selayaknya guru akan memberikan beberapa pertanyaan tentang sampah organik dan anorganik, memberikan video cara memilah sampah, dan mengetes pengetahuan mahasiswa tentang sampah.