Terdampak Pandemi, Jelang Imlek Pembuat Dodol Cina Turunkan Produksi

9 Februari 2021, 16:26 WIB
Salah seorang pengrajin kue keranjang tampak membereskan kue khas Imlek Jawadah korang di sebuah tempat produksi kue jawadah korang di Jln Selakaso Cihideung, Kota Tasikmalaya, Selasa 09 Februari 2021. /Asep MS/

KABAR PRIANGAN - Jelang perayaan imlek 2021, sejumlah pengarajin kue keranjang khas imlek yang juga dikenal dengan nama kue jawadah korang di Kota Tasikmalaya mulai memproduksi dodol khas Cina tersebut.

Hanya saja untuk perayaan imlek tahun ini, pengrajin terpaksa mengurangi jumlah produksinya. Hal itu sebagai dampak sepinya pesanan dan melonjaknya harga bahan baku berupa beras ketan dan gula pasir sebagai bahan pokok pembuatan kue.

Dengan kondisi tersebut, para pengrajin kue imlek atau jawadah korang mengaku, usaha pembuatan jawadah korang tak lagi menguntungkan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Setelah Sempat Retak akibat Pergeseran Tanah, Bangunan SD di Babakan Jeruk Akhirnya Ambruk

Mensen (55) salah seorang pengrajin kue keranjang di Kota Tasikmalaya mengaku, untuk tahun ini ia terpaksa mengurangi jumlah produksi kue dari tahun sebelumnya.

Pada perayaan Imlek tahun 2020 kata dia, ia masih mampu memproduksi kue sebanyak 1.500 Kg (1,5 ton).

Akan tetapi kata dia, pada musim imlek tahun ini pembuatan kue keranjang jumlahnya ia turunkan atau hanya memproduksi 1,000 Kg (1 ton) kue keranjang.

Penurunan jumlah produksi kue keranjang kata Mensen, hampir terus terjadi setiap tahunnya.

"Harga ketan tahun ini sudah mencapai Rp 22.500/kg, tahun kemarin hanya Rp 18.000 saja. Belum lagi gula pasir juga naik jadi Rp 14.500/kg. Saya hampir saja batal memproduksi kue tahun ini, namun terlanjur sudah membeli perlengkapan pembuatan kue dan sudah ada pegawai yang siap bekerja," kata Mensen saat ditemui di rumah produksi kue miliknya Jl. Selakaso Kota Tasikmalaya, Selasa (09/2/2021).

Akan tetapi kata dia, untuk menjaga tradisi perayaan imlek, ia tetap memproduksi kue keranjang dengan konsekuensi keuntungan yang sangat tipis.

Kenaikan beras ketan yang mencapai Rp 5.500/kg-nya tidak sebanding dengan harga jual yang dia lempar ke pasaran.

Dalam satu kilo harga jual kue, dirinya hanya menaikkan harga sebesar Rp 3.000/kg.

Sementara ujar dia, dalam satu kg, ia selalu membaginya dalam dua atau tiga ukuran.

"Ya pembeli tetap saja tidak mau tahu. Saya jual Rp 35.000 perkilonya, tahun kemarin Rp 30.000 perkilo. Yang kecil atau sepertiganya dijual jadi Rp 13.000 yang dibagi dua jadi Rp 18.000," ucapnya.

Menurut dia, rumah produksinya tidak berani menurunkan kualitas kue keranjang buatannya karena takut mengecewakan para pelanggan.

Apalagi secara kepuasan hati ujar dia, memproduksi kue yang kurang enak dengan mencampur bahan lain membuatnya tak tenang.

Baca Juga: Akhir Pemberlakuan PSBB Proporsional, Kasus Positif di Kota Banjar Capai 626 Orang

Dengan demikian, ia tetap memegang pakem produksi kue keranjang yang mengutamakan kualitas.

"Kue keranjang ini tahan lama hingga satu tahun, bisa dikreasikan dengan digoreng atau dimakan langsung. Agar cepat lepas pembungkus pastinya cukup dengan membasahi tangan kita dan mengusapnya pada kemasan kue," katanya.

Dengan begitu lanjut Mensen, kue keranjang buatannya tetap banyak dipesan para pelanggannya khususnya di Kota Tasikmalaya.

"Yang pesennya kebanyakan keluarga, untuk itu saya mengesampingkan keuntungan karena dari sisi bisnis sudah tidak lagi begitu menguntungkan. Ada kepuasan pada diri saya ketika kue buatan saya ini masih banyak dipesan orang khususnya kerabat satu marga," katanya.

Salah seorang pedagang dodol cina lainnya yang berlokasi di Jalan Pasar Wetan, Kota Tasikmalaya, Joni (65) mengatakan, jualan dodol cina jelang imlek tahun ini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kendati enggan menyebutkan nilai omzetnya, tapi diakui ada penurunan omzet penjualan yang cukup besar.

"Penjualan anjlok hingga 40%. Gimana ya pembelinya juga sepi. Yang terjual paling 10 buah," ujar Joni.

Menurutnya, setiap jelang imlek dirinya selalu berjualan dodol cina. Dirinya sudah dua pekan berjualan di depan rukonya dengan menggunakan meja.

"Dodol cina ini buatan saudara saya sendiri. Kalau yang bulat ini saya jual Rp 16.000 dan yang pakai dus dijual Rp 35.000," ucapnya.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler