KABAR PRIANGAN - Google Doodle hari ini, Rabu 16 November 2022, menampilkan Angklung, alat musik Indonesia yang terbuat dari bambu.
Tepat di tanggal hari ini pada tahun 2010, UNESCO menyatakan Angklung sebagai Warisan Budaya Dunia.
Angklung umumnya terdiri atas dua bambu yang berdiri di atas satu alas. Pengrajin angklung memotong bambu sedemikian rupa dengan ukuran berbeda sehingga menghasilkan nada tertentu.
Baca Juga: 5 Hutan Ini Pemandangannya Indah Bikin Hati Tenang, Cocok Jadi Tempat Healing!
Saat rangkaian bambu itu digoyangkan atau diketuk dengan lembut, instrumen itu menghasilkan satu nada.
Karena satu unit angklung hanya memainkan satu nada, pemain harus bekerja sama untuk menciptakan melodi dengan menggoyangkan angklung mereka pada nada yang berbeda.
Pelacakan tentang asal-usul angklung tiba pada catatan bahwa alat musik itu berasal dari 400 tahun lalu di Jawa Barat, Indonesia.
Penduduk desa di Jawa Barat percaya bahwa suara bambu dapat menarik perhatian Dewi Sri, dewi padi dan kemakmuran.
Setiap tahun, pengrajin angklung menggunakan bambu hitam khusus untuk membuat angklung.
Saat masuk musim panen, mereka mengadakan upacara dan memainkan angklung dengan harapan Dewi Sri memberkati mereka dengan hasil panen yang melimpah.
Angklung masih menjadi salah satu ikon budaya Indonesia dan pemerintah kerap menyelenggarakan pertunjukan angklung untuk menyambut tamu kehormatan di Istana Kepresidenan.
Berikut lima fakta unik dan menarik tentang alat musik angklung yang jarang diketahui orang.
1. Asal Usul Nama Angklung
Angklung berasal dari budaya Sunda. Nama angklung berasal dari kata Angklung yang artinya menggerakkan bambu.
Nama tersebut dikatakan berasal dari cara instrumen bambu dimainkan, yaitu. menggerakkan batang bambu (mengakleung) yang kemudian berbunyi klung-klung.
2. Digunakan dalam Ritual
Angklung awalnya digunakan antara abad ke-12 dan ke-16 sebagai instrumen dalam pemujaan Dewi Asri (Nyai Sri Pohaci).
Nyai Sri Pohaci adalah dewi mitologi dalam budaya Sunda yang melambangkan kesuburan dan padi, yang merupakan bagian dari kepercayaan orang Sunda saat itu.
Baca Juga: Sebanyak 116 Mahasiswa IPB Jadi Korban Dugaan Penipuan Modus Pinjaman Online
3. Membangkitkan Semangat Perjuangan
Pada masa penjajahan Portugis dan Belanda, Angklung merupakan alat yang digunakan masyarakat setempat dalam perang melawan penjajah.
4. Ditakuti oleh Pasukan Kolonial
Angklung diyakini sangat ditakuti oleh pasukan kolonial karena dugaan reputasi mistisnya.
Bahkan, pemerintah Belanda pernah mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan Angklung sehingga hanya kalangan bawah saja yang bisa menggunakannya.
Baca Juga: Kesan Awal, Pj Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah Mampu Yakinkan Pimpinan DPRD
5. Waktu Khusus Bermain Angklung
Masyarakat Sunda mengetahui waktu khusus bermain Angklung yaitu sekitar pukul 09.00 WIB pagi atau pukul 16.00 WIB sore hari.
Orang Sunda percaya bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuat Angklung karena kandungan air bambu rendah.***