2. Eksploitasi pekerja
Pekerjaan di lahan kurma terutama saat memetik kurma adalah pekerjaan melelahkan dan membahayakan. Memetik kurma di Lembah Yordan adalah pekerjaan yang berbahaya. Para pekerja harus menaiki tangga yang tinggi dan bekerja di atas sana selama berjam-jam. Mereka terpapar suhu tinggi, yang berisiko terkena sengatan panas, dan ketika mereka terluka, mereka sering tidak mendapatkan perawatan kesehatan atau kompensasi.
Pekerjaan seperti ini diberikan Israel kepada buruh-buruh Palestina bekerja karena desakan ekonomi. Para pekerja dipaksa bekerja berjam-jam, memenuhi kuota sebelum mereka bisa pulang. Jika mereka tidak memenuhi kuota maka mereka kehilangan pekerjaan.
3. Mempekerjakan anak-anak
Para petani Israel juga diketahui mempekerjakan anak-anak Palestina. Anak-anak bekerja selayaknya buruh-buruh Palestina dewasa, bekerja di lahan pertanian yang berat, memiliki kuota pekerjaan yang harus dipenuhi namun dengan upah yang rendah.
Awal mula boikot kurma Israel
American Muslim for Palestine (AMP) memprakarsai pemboikotan secara nasional di US terhadap kurma yang diproduksi di pemukiman Israel. Boikot ini bermula pada Ramadhan 2012.
Organisasi muslim tersebut menyatakan bahwa dalam koalisi dengan cabang-cabang mereka di New York, New Jersey, Detroit, Minnesota, Chicago, dan Sacramento, serta mitra-mitra merekadi Washington, DC, dan Philadelphia. AMP menjawab seruan Palestina tahun 2005 untuk memboikot, divestasi, dan memberi sanksi dengan mendesak para pemilik toko kelontong untuk menyingkirkan kurma-kurma Israel dari rak-rak mereka.
Sejak saat itu, puluhan ribu kartu pos dan brosur telah didistribusikan ke toko-toko, masjid, dan komunitas di seluruh Amerika. Konsumen pun merespon seruan tersebut dan boikot itu berhasil.
Baca Juga: Setwan DPRD Garut akan Laporkan Pelaku Perusakan saat Aksi Mahasiswa ke Polisi