Kedelai Masih Mahal, Pengrajin Tahu di Kota Tasikmalaya Masih Kebingungan antara Terus Produksi atau Mogok

21 Februari 2022, 18:26 WIB
Sejumlah pekerja di salah satu tempat produksi di Kampung Nagrog Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya masih melakukan produksi tahu. Beberapa tempat produksi tahu lainnya sudah berhenti beroperasi, Senin 21 Februari 2022.* /Kabar-Priangan.com/Asep MS

KABAR PRIANGAN - Rencana produsen dan pedagang tahu tempe di Kota Tasikmalaya untuk melakukan mogok sebagai bentuk protes atas tingginya harga kacang kedelai masih simpang siur.

Pantauan di sentra pengrajin tahu yang berada di Kampung Nagrog Kelurahan Sukamaju Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Senin 21 Februari 2022, sejumlah produsen tahu menghentikan usaha atau berhenti memproduksi.

Namun masih di wilayah yang sama, beberapa produsen (pabrikan) tahu terlihat masih melakukan produksi dengan melakukan pengelohan pembuatan tahu. Sejumlah pekerja tetap melakukan proses pembuatan tahu seperti biasanya mulai penggilingan, penggodokan, hingga pencetakan.

Baca Juga: Tol Getaci Lewati 8 Kota dengan 10 Simpang Susun. Berikut Daftar Kota yang Dilewati Tol Ini

Sejumlah pengrajin tahu di Kota Tasikmalaya mengaku, perusahaannya masih berproduksi karena belum jelasnya ajakan aksi mogok produksi.

"Kalau dengar-dengan ya sih katanya akan ada mogok tiga hari, tapi saya masih bingung mogok atau tidak karena arahannya belum jelas. Jadi hari ini masih berproduksi," kata Husni (35), salah seorang pengrajin di Kampung Nagrog, Senin 21 Februari 2021.

Apalagi, ujar dia, selain dirinya di daerah Nagrog yang merupakan sentra produsen tahu masih banyak pengrajin yang juga tetap memproduksi tahu. "Ya masih banyak sih, Pak, karena kabar aksi mogok hingga saat ini belum jelas bahkan belum ada kabar apa-apa," kata Husni.

Baca Juga: Aneh Tapi Nyata, Air Pesawahan di Sumedang Ini Rasanya Asin

Padahal lanjut dia, jika memang keputusannya sudah jelas, dirinya siap mengikuti bagimana sikap kebanyakan para perajin. "Ya pasti kalau memang harus mogok ya saya mah ikut saja, Pak," ujarnya.

Hal senada diungkapkan pengrajin tahu lainnya. Pengrajin tahu yang tidak mau disebutkan namanya tersebut mengaku, dirinya masih berproduksi tahu hanya untuk penjualan ke pelanggan warungan dan ke pasar untuk jualan malam hari.

"Hari ini masih bikin untuk kiriman nanti malam. Kalau besok tampaknya berhenti produksi mengikuti kekompakan saja," katanya.

Baca Juga: Atasi Kelangkaan Minyak Goreng di Garut, Pemerintah akan Suplai Minyak Curah. Ini Harganya

Di sisi lain, dari pantauan di lapangan sejumlah tempat produksi tahu di Kampung Nagrog Kelurahan Sukamaju Kidul itu  sudah tidak melakukan aktivitas pembuatan tahu.

Namun tidak diketahui alasannya apakah terhentinya aktivitas pembuatan tahu tersebut karena mogok atau karena gulung tikar akibat tingginya harga kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu.

Diberitakan sebelumnya, para pengrajin tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya berencana melakukan aktivitas mogok produksi mulai 21-23 Februari 2022 sebagai bentuk protes atas tingginya harga kacang kedelai yang sudah menembus Rp 11.000-Rp 11.500 per kg.

Baca Juga: Pelaku Curanmor Ditangkap Satuan Tugas Lodaya Polres Sumedang

Menurut para pengrajin, sejak beberapa bulan terakhir harga kacang kedelai berada di kisaran Rp 11.000 bahkan hingga Rp 11.500 per kg. Padahal biasanya harga kacang kedelai impor dijual dengan harga Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kg.

Kondisi tersebut sudah barang tentu membuat usaha para pengrajin dan pedagang tahu dan tempe terpuruk. Klimaksnya, ratusan pengrajin tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya berhenti produksi alias tiarap khusunya pengrajin dengan sekala kecil.

Aep Saepudin (47), salah satu pengrajin tahu di Kampung Nagrog mengatakan, saat ini pengrajin merasa diberatkan dengan mahalnya harga kedelai impor yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Inilah Dua Desa Sentra Penghasil Petai di Sumedang, Penikmat Wajib Tahu

Bahkan, kenaikan bahan baku tahu tersebut telah mencapai 40 persen dari harga normal. "Kini harga kedelai dibeli Rp 11.000 per kg," katanya.

Akibat tingginya harga kedelai itu, ujar Aep, membuat pengrajin tahu tempe di daerahnya banyak yang terancam gulung tikar. Hal itu karena tidak bisa menutup biaya produksi saat harga jual tahu tempe di pasaran tidak naik. Meski ukuran tahu tempe sudah diperkecil, pengrajin tetap merugi.

"Kalau dipaksakan produksi kami bakal bangkrut bahkan gulung tikar. Mau mengurangi pekerja kasihan juga. Paling ya mau tidak mau upah pekerja sedikit dikurangi," katanya.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler