Petani di Kawali Ciamis Ramai-ramai Turun ke Sawah, Lakukan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

13 Maret 2022, 16:30 WIB
Para petani yang tergabung dengan Kelompok Tani Wibawa Mukti VI Desa Talagasari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis bersama PPL dan OPT BPP Kecamatan Kawali melakukan teknik pengendalain OPT di lahan sawah desa setempat, Minggu 13 Maret 2022.* /Kabar-Priangan.com/Endang SB

KABAR PRIANGAN - Penyakit kresek atau tanah yang tidak sehat berawal dari adanya genangan yang ditumbuhkan oleh hujan terus-menerus. Dampaknya tanah menjadi tidak sehat dan mudah terkena jamur maupun bakteri.

"Tanaman padi akan mulai terkontaminasi bakteri Xanthomons oryzae atau pada umumnya disebut Hawar Daun Bakteri (HWD)," kata Petugas Pengendalai Organisme Penggangu Tumbuhan (POPT) Yusup.

Yusuf mengatakan hal tentang awal mula bakteri itu saat melakukan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) bersama Kelompok Tani Wibawa Mukti VI Desa Talagasari, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Minggu 13 Maret 2022.

Baca Juga: Dua Anak Kembar Ditabrak Moge di Jalan Pangandaran Harus Jadi Pelajaran, Cek Lima Syarat Moge Boleh Beroperasi

Dia menjelaskan, bakteri ini menyerang pada fase vegetatif maupun generatif. Selanjutnya bakteri menginfeksi tanaman mulai stomata daun, kemudian masuk ke klorofil dan merusak daun. Sehingga secara fisik jika terjadi serangan daun terlihat kuning dan lama-lama tanaman mati.

"Jika tidak segera dikendalikan dengan penyemprotan mengunakan Agnesia Hayati, tanaman padi akan terinfeksi secara keseluruhan selanjunya tanaman padi akan mati," ujarnya.

Sementara itu menurut Petugas Penyuluh Lapangaan (PPL) BPP Kawali, Andri, pada kegiatan ini petani mendapatkan bantuan dari Dianas Pertanian Kabupaten Ciamis berupa Agnesia Hayati seperti Primadeco dengan luasan gardal 5 hektare.

Baca Juga: Kedapatan Ngamar di Hotel, Lima Pasangan Bukan Muhrim Digiring Satpol PP Sumedang

"Kegiatan ini kami lakukan bersama para petani melalui kelompok tani secara rutin pada setiap dua minggu sekali pada tanaman padi dan seminggu sekali pada tanaman sayuran,” ucapnya.

Diharapkan, dengan adanya stimulan seperti ini petani lebih menyadari bahwa pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tidak melulu memakai pestisida kimia saja.

"Dalam mengendalikan OPT tetap diperhatikan dampak negatifnya bagi lingkungan agar keseimbangan lingkungan terjaga dan lestari," ujar Andri.

Baca Juga: Rawan Begal, Warga Minta Jalan Ibrahim Ajie di Garut Dipasang PJU

Lebil lanjut ia mengimbau kepada para petani untuk melakukan gardal mandiri setiap dua mingu sekali. Pengendaian gardal bisa mengunakan Agnes Pengendali Hayati (APH) lain  baik dengan PGPR atau pupuk organik cair maupun Paeny Bacillus.

Pembuat PGPR ini bisa dibuat secara berkelompok agar lebih efektif dan mudah.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler