Hingga Agustus 2022 di Garut Terdapat 446 Kasus DBD, Enam Meninggal

6 September 2022, 19:00 WIB
Petugas melaksanakan fogging di Garut.Pemkab Garut kini tengah mewaspadai penyebaran demam berdarah dengue (DBD. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Pemkab Garut kini tengah mewaspadai penyebaran demam berdarah dengue (DBD). Warga pun diimbau untuk giat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan sekitar.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut, Asep Surachman, menyebutkan selama 2022 hingga Agustus ini, jumlah kasus DBD di Garut mencapai 446 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, enam di antaranya menyebabkan penderitanya meninggal dunia.

Dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama, tutur Asep, jumlah kasus DBD di Garut tahun ini mengalami penurunan. Tahun 2021, jumlah kasus DBD di Garut mencapai 1.015 dengan jumlah kematian 10 kasus. 

Baca Juga: BNNK Garut Bangun Daya Tolak Masyarakat Terhadap Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

"Secara keseluruhan hingga akhir tahun nanti, kami prediksi angka kasus DBD di Garut akan mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Apalagi saat ini di Garut kan sudah mulai memasuki musim kemarau," ujar Asep, Selasa, 6 September 2022.

Ia menyebutkan, penyebaran DBD identik dengan musim hujan. Banyaknya genangan air menjadi potensi terhadap perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang menularkan virus DBD atau vektor DBD.

Sedangkan musim kemarau, katanya, jarang sekali terdapat kasus DBD karena memang perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang sangat kurang. 

Baca Juga: KONI Garut Belum Pastikan Jumlah Atlet dan Cabor untuk Porprov Jabar 2022, Ini Alasannya

Hal inilah yang membuat pihaknya cukup optimis jika tahun ini kasus DBD akan menurun mengingat musim hujan yang telah lewat.

Asep mengungkapan, berdasarkan data yang dimiliki, penyebaran kasus DBD di Garut hampir sudah menyebar ke 42 kecamatan. Pihaknya pun terus melakukan berbagai upaya guna menekan angka kasus DBD baik melalui upaya promosi maupun preventif.

"Sebagaimana kita ketahui, DBD merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk tersebut banyak berkembang biak di genangan-genangan air yang ada di lingkungan sekitar kita," katanya.

Baca Juga: Dishub Garut Imbau Awak Angkutan Jangan Naikan Tarif Sebelum Ada Ketetapan Pemerintah

Disampaikannya, pihaknya terus mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan sekitar. 

Caranya dengan menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor pada air-air tergenang atau dengan melalukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 

Selain itu, ia juga menyatakan upaya promosi terutama edukasi kepada masyarakat juga terus-terusan dilakukan dengan harapan bisa lebih meningkatkan kesadaran. 

Baca Juga: DPPKBPPPA Garut Sosialisasikan Sistem Informasi Pembangunan Keluarga

Edukasi bagaimana jangan sampai orang bisa terinveksi atau tergigit nyamuk aedes aegypti sebagai media penularan virus DBD juga terus dilakukan dengan menurunkan petugas langsung ke lapangan. 

Lebih jauh Asep menerangkan, terkait pelaksanaan fogging atau pengasapan, hal itu dilakukan yang merupakan langkah terlahir bilamana sudah terjadi banyak kasus DBD di satu daerah. Fogging sifatnya hanya pencegahan sementara karena jika masyarakatnya masih belum menerapkan PHBS, nyamuk bisa berkembangbiak kembali karena masih terdapat tempat untuk bertelur. 

"Fogging sifatnya hanya pencegahan sementara karena besok lusa nyamuk bisa kembali lagi. Oleh karenanya, yang terpenting atau yang paling utama dan prioritas adalah bagaimana PSN yang lebih diprioritaskan, termasuk juga menerapkan PHBS," ucap Asep.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler