Mahkota Binokasih Napak Tilas Ciamis, Bogor, dan Sumedang (4-Habis): Ketika 'Batu Turun Keusik Naek' Tiba

16 Mei 2023, 18:49 WIB
Pataka lambang Kabupaten Ciamis diserahkan oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya (kiri) di Pendopo Kabupaten Ciamis, Jumat 12 Mei 2023, untuk diarak ke lima daerah eks kewadanaan dalam rangkaian Peringatan Hari Jadi ke-381 Kabupaten Ciamis.*/kabar-priangan.com/Agus Pardianto /

KABAR PRIANGAN - Kedatangan Mahkota Binokasih --yang merupakan lambang supremasi tertinggi raja Kerajaan Galuh Pakuan lalu Pakuan Pajajaran-- dari Kabupaten Sumedang ke Kabupaten Ciamis, Kamis-Jumat 11-12 Mei 2023, tidak ujug-ujug begitu saja. Namun setelah melalui waktu lama hingga kemudian ketika sudah tiba waktunya menemukan tahap "Batu turun keusik naek", sebagai peribahasa ada titik kesepahaman antara pihak Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sumedang.

Baca Juga: Historiagrafi Galuh, Dari Masa ke Masa hingga Menjadi Ciamis

Beberapa tahun sebelumnya menguat tuntutan di kalangan warga Tatar Galuh Ciamis agar Mahkota Binokasih dikembalikan ke Ciamis karena mahkota tersebut dibuat oleh Kerajaan Galuh. Wacana itu sempat mengemuka bahkan menjadi pembahasan di DPRD Ciamis hingga dibuat
panitia khusus (pansus).

Dalam perkembangan saat ini Mahkota Binokasih datang ke Ciamis untuk pertama kalinya setelah 500 tahun, di mata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis Budi Kurnia, SAg, MM, hal yang luar biasa. "Itu kan mahkota sudah 500 tahunan tidak ke Ciamis, dengan datangnya ke Ciamis saat ini merupakan lonjakan luar biasa," ujar Budi kepada kabar-priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan, Selasa 9 Mei 2023 malam.

Budi menyebutkan proses berpindahnya Mahkota Binokasih dari Kerajaan Galuh Pakuan (Ciamis) ke Kerajaan Pakuan Pajajaran (Bogor) hingga akhirnya ke Sumedang Larang (Sumedang), sudah merupakan bagian sejarah dan pihak Sumedang juga membenarkan hal itu. Meski berada di Sumedang, pihaknya percaya warga Sumedang pun pasti akan merawat Mahkota Binokasih. "Selain itu kami berharap Pemkab Sumedang terus-terusan menyampaikan kepada masyarakat Sumedang, dibuka sasakala asalna ti mana mahkota eta teh nyaeta ti Karajaan Galuh," ujar Budi.

Baca Juga: Hampir Tiga Jam Lumpuh Total, Lalu Lintas di Tol Cisumdawu Akhirnya Kembali Normal

"Sehingga Ciamis, Sumedang, dan Bogor akan semakin kuat ikatan emosionalnya karena mahkota tersebut pernah menjadi bagian yang sangat emosional diantara tiga masyarakat yakni warga Galuh Ciamis, Pajajaran Bogor, dan Sumedang Larang," ucap Budi menambahkan.

Ditanya dari mana asalnya ide napak tilas Mahkota Binokasih ke tiga daerah yaitu Ciamis, Bogor, dan Sumedang saat ini, Budi menyebutkan dari kedua belah pihak. Karena itulah pihaknya tak mengalami kesulitan ketika berencana menggelar acara itu.

"Karena ya sama-sama inisiatif, 'Batu turun keusik naek' tea, Sumedang keretegna (kata hatinya, Bahasa Sunda) ingin seperti itu, Ciamis juga. Tahun ini Sumedang ya karena tos wancina (sudah waktuna) benar-benar dengan penuh kesadaran ingin datang ke kolotna (orangtuanya), Galuh, makanya kami yang dituakan oleh Sumedang dengan lapang dada menerima keluarga kerajaan Sumedang Larang untuk melakukan napak tilas Mahkota Binokasih dari Ciamis ke Bogor dan kembali ke Sumedang," ucap Budi.

Baca Juga: Warga Blokir Tol Cisumdawu, Akses Lalu Lintas di Sekitar Gerbang Tol Sumedang Kota Lumpuh Total

Mengenai apakah kini tak ada tuntutan mahkota tersebut harus kembali ke Ciamis seperti tuntutan yang dulu pernah menguat di Tatar Galuh, Budi menyebutkan hal tersebut tak harus dipolemikkan. "Kemarin-kemarin urang Ciamis dan Sumedang terus berdialog, dan urang Sumedang pun membenarkan bahwa MahKota Binokasih bukan ujug-ujug ada di Sumedang tapi ada sasakalana yakni dulunya dari Galuh," ucap Budi.

Budi menuturkan, selama ini Mahkota Binokasih selalu dikirab di Sumedang pada 12 April saat Hari Jadi Kabupaten Sumedang. Hal itu karena momen Hari Jadi Kabupaten Sumedang diambil dari kedatangan Mahkota Binokasih ke Sumedang Larang dari Pajajaran. "Karena Kerajaan Sumedang Larang mempunyai hubungan kekeluargaan, semua turunan Kerajaan Pajajaran itu dari Galuh. Pajajaran dan Galuh sudah dari awal satu keturunan yang dalam perkembangannya orang yang menjadi raja di Kerajaan Pakuan Pajajaran adalah Prabu Siliwangi, berasal dari Kerajaan
Galuh Pakuan di Kawali," ujar Budi.

Namun mulai sekarang, selain dikirab saat momen Hari Jadi Kabupaten Sumedang tersebut, Mahkota Binokasih pun dinapaktilaskan. "Sekarang kami menyambungkan cerita yang tak dibuka selama ratusan tahun. Pihak Keraton Sumedang Larang dengan sukarela, inisiatif dan itikad baik mengaku kolot ka Galuh. Ieu mahkota teh tadina ti Galuh, maka dengan datangnya mahkota ke Ciamis ini intinya napak tilas dari Ciamis, ke Bogor, dan ke Sumedang," ujarnya.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner Legend di Tasikmalaya yang Hits, Cocok Bagi Para Pecinta Mie. Berikut Rekomendasinya!

"Hal yang pemting sekarang Ciamis, Sumedang, dan Bogor mempunyai visi yang sama bahwa di masyarakat Sunda bagaimana caranya supaya perdamaian terus dipelihara dan menyebar," tutur Budi menambahkan.

Dengan adanya napak tilas Mahkota Binokasih melibatkan tiga daerah di Jawa Barat yang unsur kesejarahannya sangat kuat, maka event tersebut akan menjadi event Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang setiap tahun digelar. "Pemprov sudah mengetahui ada acara ini yang inisiatifnya awalnya dari Sumedang dan Ciamis. Ke depannya hal ini harus terus dirawat. Jadi mahkota ini jangan jadi simbol perebutan tapi jadi simbol pemersatu," ucapnya.

Menurut Budi, dalam napak tilas di Ciamis kali ini pihaknya juga mendapatkan tawaran dari sejumlah daerah lain yang menyatakan ingin ikut hadir. Selain dari Cirebon dan Karawang, juga Bali. "Cirebon sempat menghubungi kami ingin ikut dalam kirab Mahkota Binokasih di Ciamis,
akan mengirim Kereta Paksi Kencana sebagai bentuk penghormatan bahwa Galuh dianggap bapak oleh Cirebon," ucap Budi.

Baca Juga: Lebih Dekat dengan Pasangan Peraih Medali Emas dan Perunggu SEA Games dari Ciamis, Sempat Kepincut Bola Voli

Namun, lanjut Budi, untuk napak tilas tahun ini hal tersebut belum diizinkan pihaknya karena waktu persiapan yang mendesak dan masih bertahap. "Bisa jadi saat napak tilas Mahkota Binokasih menjelang Hari Jadi ke-382 Kabupaten Ciamis tahun 2024, dari Cirebon juga hadir. Kalau Karawang sih sudah menyatakan ingin ikut karena setiap Hari Jadi Kabupaten Karawang ada utusan yang datang ke Ciamis ziarah ke Makam Singaperbangsa di Cisaga karena yang mendirikan Karawang adalah anaknya Singaperbangsa," ucap Budi.

Sedangkan keinginan Bali mengikuti acara napak tilas karena menganggap masih ada kekerabatan dari Kerajaan Galuh. "Sebelumnya kan dari kerajaan di Bali untuk pertama kalinya datang menggelar acara napak tilas di Situs Karangkamulyan. Mereka sangat ingin merekatkan kembali hubungan kekerabatan saat Kerajaan Galuh dan Bali dulu," tutur Budi.***

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler