Tanaman Padi di Legokjawa Pangandaran Terancam Gagal Panen Akibat Terendam Air

22 Maret 2024, 19:56 WIB
Tampak pesawahan yang terendam di Legokjawa Kabupaten Pangandaran yang terendam air akibatnya terjadi gagal panen. /kabar-priangan.com/Kiki Masduki/

KABAR PRIANGAN - Puluhan hektare tanaman padi di Kabupaten, Jawa Barat, terendam air laut, sehingga petani mengalami gagal panen.

Matinya padi yang ditanam petani akibat pancaroba laut di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran beberapa hari lalu. 

Pancaroba laut itu berdampak ke tiga desa yakni Desa Legokjawa Desa Batumalang dan Desa Masawah Kecamatan Cimerak.

Baca Juga: Polisi Amankan 4 Pelaku Dugaan Pencurian Kayu Jati di Pangandaran

Salah seorang warga Legokjawa Dede Umar mengatakan, yang gagal panen di Legokjawa itu sekitar 30 hektare.

"Kalau dihitung dari tiga desa mungkin akan ribuan hektare jumlahnya. Tapi ini yang sudah pasti di Desa Legokjawa hanyak 30 hektare kurang lebih yang gagal panen," kata Dede saat diwawancarai Kabar Priangan, Jumat 22 Maret 2024.

Dede menambahkan, tanaman padi itu sudah masuk 80 persen, artinya tinggal menghitung hari untuk memanen. Namun tak disangka musibah datang.

Baca Juga: Diisukan akan Maju di Pilkada Pangandaran 2024, Jeje Tegaskan Istrinya Sudah jadi Anggota DPR RI

"Ya paling tiga minggu lagi para petani memanen padi. Tak disangka ada air laut merendam sawah. Dua hari padi terendam air laut maka akan mati," katanya.

Dede menjelaskan, ketika pancaroba sehingga air laut masuk ke sawah, para petani pun langsung melakukan gerakan secara gotong royong. 

"Ya, petani terdampak air laut itu melakukan gerakan yaitu menggali pasir sehingga saluran berjalan lancar. Namun apalah daya, manusia kan terbatas kekuatannya juga tidak seperti alat berat," jelasnya.

Baca Juga: Ini Besaran HET Beras Medium di Pangandaran Berdasar Peraturan Badan Pangan Nasional

Petani Swadaya

Lanjut Dede, karena pergerakan ini harus dibantu dengan alat berat, maka para petani pun swadaya atau patungan untuk sewa alat berat.

"Alhamdulillah, sekarang pasir yang menjadi kendala saluran air itu sudah di gali dengan menggunakan alat berat. Kalau dari pemerintah desa cuman mengetahui saja," ucapnya. 

"Kami juga pernah ke desa minta solusi dan minta bantuan tapi malah menghiraukan. Pihak desa menyebut Desa juga banyak hutang. Intinya ini murni gerakan masyarakat," ujarnya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler