Posstheatron Garut Kolaborasi dengan Teater Awal Selenggarakan Petunjukan Berbatas

- 2 Februari 2021, 21:08 WIB
Pertunjukan seni yang diselenggarakan di kawasan wisata Cipanas, yakni di Padepkan Sobarnas Martawijaya, Kec. Tarogong Kaler, Kab. Garut.
Pertunjukan seni yang diselenggarakan di kawasan wisata Cipanas, yakni di Padepkan Sobarnas Martawijaya, Kec. Tarogong Kaler, Kab. Garut. /Dindin Herdiana/

KABAR PRIANGAN - Dalam masa Pandemi Covid-19, Teater Awal UIN Bandung dengan program pentas kelilingnya berkolaborasi dengan Komunitas Budaya Posstheatron Garut menyelenggarakan Pentas atau Pertunjukan Berbatas.

Kegiatan pentas seni ini diselenggarakan selama dua hari Sabtu-Minggu (30-31/02/2021) di kawasan wisata Cipanas, bertempat di Padepokan Sobarnas Martawijaya, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut.

Pentas seni yang menampilkan naskah "Pintu Tertutup" karya Jean Paul Sartre tersebut berlangsung sukses dan meriah kendati berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan dengan penonton dibatasi undangan saja.

Baca Juga: Buntut Pemberitaan Pencemaran Sekolah Hingga Ganggu Psikologis, Puluhan Siswa MAN 3 Tasik Mengadu ke KPAI

Sesepuh Posstheatron Garut, Fachroe mengatakan, pertunjukan ini mengisahkan dalam kehidupannya manusia tidak bisa terlepas dari keadaan dan keberadaan. "Adanya orang lain disekitar kita merupakan tantangan dalam hidup ini," katanya.

Begitupun dengan apa yang dihadirkan melalui para tokoh dalam naskah ini, seperti Garcin, Inez, Estelle, dan pelayan. Dimana mereka berada dalam suatu ruang, dan sebelumnya tidak saling mengenal, tapi keberadaannya tidak kebetulan.

Adapun sinopsis "Pintu Tertutup" dan "Ruangan tanpa cermin dan Neraka adalah orang lain" kata Fachroe menceritakan Garcin tokoh sastrawan dan wartawan yang diantarkan oleh seorang pelayan ke sebuah ruangan.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Masih Kendur di Kabupaten Tasikmalaya, Polisi Gencarkan Operasi Yustisi

Garcin yang mati sebagai pengkhianat dan peselingkuh, yakin bahwa tempat yang didatanginya adalah neraka. Tapi alih-alih menemukan ruangan yang penuh dengan alat penyiksa, ia hanya melihat ruangan sederhana tanpa cermin dengan tiga kursi. Untuk siapa kursi yang lain? Tak lama kemudian masuklah Inez dan Estelle yang juga mati sebagai pendosa.

"Karena tidak diperkenankan keluar dari ruangan itu, ketiga orang ini menghabiskan waktu dengan bercakap-cakap dan saling membahas segala permasalahan yang terjadi selama mereka hidup di bumi. Hingga akhirnya sadarlah mereka tentang tujuan dikumpulkannya mereka dalam ruangan itu," kata Fachroe.

Sementara dalam Pintu Tertutup, Jean Paul Sartre bercerita tentang siksa neraka. Tetapi, siksa neraka yang diyakininya bukanlah besi rajam yang menyala dan bara api seperti yang
diyakini umat beragama. Melainkan dengan keberadaan orang-orang di sekitar para pendosa sudah cukup sebagai neraka.

Baca Juga: Uang Premi Sebesar Rp 14 Miliar Belum Juga Dibayarkan, Puluhan Nasabah Bumiputera di Kota Tasik Turun ke Jalan

Fachroe menyebutkan, pertunjukan ini didukung Himpunan Sastrawan Dramawan Garut (Hisdraga) dan sejumlah pemain di antaranya Alan Talor sebagai Garcin, Aulita (Inez), Dewi Awek (Estelle), Halim Apu (Pelayan), dan pemain lainnya dengan Sutradara Ekky Abeng, Pimpinan produksi Faiz Sileng, dan Penanggung jawabFirman Setang. (Dindin Herdiana)***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah