Dua Tahun Dibiarkan Putus, Irigasi Ciranjang-Cipeuteuy Perlu Perbaikan Serius

- 25 April 2021, 13:46 WIB
Kondisi saluran Irigasi Cipeuteuy yang masih tertutup longsor
Kondisi saluran Irigasi Cipeuteuy yang masih tertutup longsor /Taufik Rochman/

Namun karena perbaikan yang dilakukan masyarakat secara swadaya ini, sifatnya hanya perbaikan sementara, jadi hasilnya pun tidak maksimal.

Buktinya, selama hampir dua tahun ini, warga sudah lebih dari tiga kali melakukan swadaya membuat jembatan dari bambu untuk penahan pipa, agar air bisa tetap mengalir mengairi lahan pertanian.

Baca Juga: Mengintip Suasana dan Kegiatan Ramadan Para Santri di Ponpes Al-Idrisiyyah

"Karena saluran ini putus total, jadi solusinya harus memasang pipa. Dan untuk penahan pipa itu, kita harus membuat jembatan dari bambu. Makanya tidak kuat lama, sekarang saja jembatan itu sudah rusak lagi, jadi kami harus kembali bekerja bakti membuat jembatan untuk penahan pipa air," ujar Didi.

Dijelaskan Didi, kerusakan saluran ini sudah sangat parah, jadi perbaikannya pun harus dilakukan secara serius. Sebab, kalau hanya diperbaiki secara manual, maka akan gampang rusak, dan akibatnya kebutuhan pengairan ke lahan pertanian akan terus-menerus terganggu.

Untuk itu, pihaknya berharap kepada intansi terkait, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penata Ruang (DPUPR) selaku penanggungjawab pemeliharaan DI Ciranjang-Cipeuteuy, supaya dapat segera melakukan perbaikan pada saluran tersebut, agar kebutuhan pengairan untuk lahan pertanian masyarakat bisa tetap terpenuhi.

Baca Juga: Kebutuhan Konsumsi Ikan Tawar Masyarakat Kota Tasik Selama Ramadan Mencapai 44 Ton per Hari

Informasi soal putusnya irigasi Ciranjang-Cipeuteuy ini, dibenarkan pula Kepala Desa Sukamantri Dedi Junaedi.

Menurut Dedi, saluran yang putus ini, merupakan salah satu sumber pengairan untuk lahan pesawahan di tujuh blok, yakni lahan pesawahan Blok Kendal, Legok Pulung, Warungjati, Legok Akung, Cidangder, Sawah Jambu, dan Calingcing.

"Memang betul, saluran ini memang putus terbawa longsor sejak dua tahun yang lalu. Air dari saluran ini bisa tetap mengalir ke hilir karena menggunakan pipa. Dan untuk menahan pipa itu, warga terpaksa harus membuat jembatan sementara dari bambu," kata Dedi.

Halaman:

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah