KABAR PRIANGAN - Sejak Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas mulai diuji cobakan di Kota Tasikmalaya, masih banyak terlihat anak-anak sekolah yang abai terhadap protokol kesehatan.
Siswa sekolah banyak yang masih tidak bermasker dan berkerumun di lingkungan sekolah utamanya pada saat jam pelajaran selesai atau saat pulang.
Banyaknya penjual makanan di depan sekolah juga memicu anak anak berkerumun saat melakukan aktifitas jajan. Sehingga kondisi tersebut sempat juga menjadi bahan evaluasi Dinas Pendidikan Kota Tasikmalasa terkait pelaksanaan PTM terbatas di Kota Tasik.
Selain pemerintah, kondisi tersebut juga menjadi kekhawatiran baerbagai pihak akan terjadinya kembali klaster covid dari sekolah. Apalagi dengan adanya kasus dua guru honorer yang sempat terpapar covid-19 di Kota Tasik. Sehingga pelaksanaan PTM kini menjadi perhatian berbagai pihak.
Baca Juga: Dua Preman Pemalak Sopir Truk dan Elf di Mancagahar Garut Diringkus Tim Sancang Polres Garut
Salah satunya datang dari komunitas badut di Kota Tasikmalaya. Komunitas tersebut datang ke sekolah-sekolah khususnya tingkat sekolah dasar (SD) dengan tujuan untuk mengedukasi siswa sekolah agar tidak abai protokol kesehatan, sambil memberikan hiburan terhadap anak sekolah melalui seni badut.
"Kita melakukan edukasi penerapan prokes ke sekolah-sekolah. Tujuannya agar anak-anak tidak abai dalam penerapan prokes. Apalagi di pekan lalu sudah ada kasus covid di sekolah," ujar Andi Kusmayadi, salah seorang anggota Komunitas Badut Kota Tasikmalaya, Senin, 27 September 2021.
Diharapkan kata dia, dengan adanya kejadian seperti itu, siswa bisa lebih meningkatkan penerapan prokes selama berada di lingkungan sekolah.
Baca Juga: Longsor Rusak Dua Rumah Warga di Cigalontang, 22 Rumah Terancam