Paham NII Lebih Berbahaya Dibanding ISIS. Ini Sejarah NII, Mulai dari Konferensi Cisayong Hingga Kartosoewirjo

- 8 Oktober 2021, 07:21 WIB
Ketua MUI Garut, KH. A Sirodjul Munir mengangap paham NII lebih berbahaya ketimbangn ISIS.*
Ketua MUI Garut, KH. A Sirodjul Munir mengangap paham NII lebih berbahaya ketimbangn ISIS.* /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Tersebarnya paham NII (Negara Islam Indonesia) di wilayah Kabupaten Garut dianggap sudah krusial sehingga harus segera ditangani.

Hal ini dikarenakan paham NII yang muncul di Garut saat ini merupakan paham yang radikal yang dianggap lebih berbahaya dibandingkan paham Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Hal itu diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabuaten Garut, KH A Sirodjul Munir menanggapi ditemukannya kembali sejumlah warga di wilayah Kabupaten Garut yang diduga sudah terpengaruh paham NII.

Baca Juga: Puluhan Remaja di Garut Terpapar Paham Radikalisme NII. Salah Seorang Sedang Kumpulkan Uang untuk Beli Senjata

"Kami sangat prihatin dan ini harus segera ditangani. Paham NII yang tersebar di Garut ini sudah krusial dan lebih berbahaya dibanding ISIS," komentar Munir, Kamis (7/10/2021).

Menurutnya, saat ini MUI terus berkoordinasi dengan Forkopimda untuk melakukan penanganan sekaligus untuk mencari cara agar bisa segera menuntaskan permasalahan NII.

Paham ini, tegas Munir, tidak boleh dibiarkan terus tumbuh dan berkembang karena akan sangat membahayakan  mengingat sifatnya yang radikal.

Baca Juga: Pengajuan Uang Tranportasi Pimpinan DPRD Jadi Polemik. Yuda:  Kata Siapa Pimpinan Dewan Tak Punya Mobil DInas?

“Keberadaan NII jika dibiarkan akan sangat berpeluang untuk terus tumbuh dan berkembang hingga akan menjadi besar,” katanya.

Hal ini dikarenakan NII sudah mempunyai modal yang cukup kuat setelah sempat mengisi kekosongan pemerintahan di Jawa Barat saat terjadi hijrah ke Yogyakarta pada masa perjuangan dulu.

Dikisahkan Munir, pada Februari tahun 1948 lalu bertempat di wilayah Desa Pangwedusan, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yang berbatasan dengan wilayah Malangbong Garut atau yang dikenal dengan sebutan Segitiga Garut, diadakan pertemuan yang disebut dengan Konferensi Cisayong.

Baca Juga: ‘Tiga Anak Saya Diperkosa’ Jadi Trending, Web Pengunggah Mendapat Serangan DDos

Dalam pertemuan tersebut hadir Hizbullah, Sabilillah dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang menyepakati pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII).

Sedangkan negara Islam, tambahnya, saat itu masih belum terbentuk dan Kartosoewirjo masih menahan diri untuk melawan kekuasaan Republik Indonesia.

Baru setelah terjadi agresi militer Belanda II, Kartosoewirjo membentuk negara baru, yakni Negara Islam Indonesia (NII) sebagai dalih atas serangan militer Belanda atas Indonesia.

Baca Juga: Ciptakan Tangga Nada Kolotik, Erpan Rusdiana Mewakili Jabar dalam Pemilihan Pemuda Pelopor tingkat Nasional

Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota, Aceng Amirudin mengungkapkan jika saat ini paham NII bukan hanya telah merasuki warg yang da di wilayah Kecamatan Sukamentri saja tapi juga di kelurahan lain di Garut Kota.

Bahkan menurutnya, paham NII juga telah mempengaruhi warga yang ada di kecamatan lain selain Garut Kota.

"Saya memiliki data, di Kecamatan Garut Kota, selain di Kelurahan Sukamentri, warga yang terpapar NII juga ada di wilayah Kelurahan Regol dan Kota Wetan,” katanya.

Baca Juga: Atlet PON asal Sumedang Sumbang 2 Medali Emas, 2 Perak dan 4 Perunggu

Sedangkan untuk tingkat kecamatan, kata dia, mereka juga ada di wilayah Kecamatan Cibatu dan Limbangan.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Wahyudijaya menerangkan masuknya puluhan warga yang didominasi anak-anak ke NII terjadi karena beberapa faktor.

Minimnya pengetahuan agama dan permasalahn ekonomi yang masih banyak dialami warga Garut, menjadi salah satu penyebab.

Baca Juga: Fungsi Pengawasan DPRD Terhadap BUMD Jadi Sorotan

"Ada juga anak-anak yang masih dalam proses pencarian jati diri sehingga mereka begitu mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dianggapnya berani atau bisa memberikan kenyamanan bagi mereka,” katanya.

Kebetulan, kata dia, anak-anak itu bertemu dengan orang yang menurut anggapan mereka hebat dan bisa menunjukan apa yang dianggapnya benar.

“Sehingga pengaruh orang tersebut dapat dengan mudah masuk dan mempengaruhinya," ucap Wahyu.

Baca Juga: Warga Binaan yang Mendapat Kiriman Sabu-sabu Segera Diproses Hukum dan Diisolasi Serta tak Akan Dapat Remisi

Namun untuk kasus remaja yang terpapar paham NII di Kelurahan Sukamentri, diungkapkan Wahyu jika saat ini mereka sudah mau kembali ke orang tuanya masing-masing.

Kendati demikian, mereka tetap memerlukan pembinaan yang melibatkan berbagai unsur dan ini harus dilakukan secara intensif.***

 

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x