Festival Budaya Sunda di Linggawangi, Abah Emus : Budaya Sunda Ulah Nepi Jati Kasilih Ku Junti

- 7 November 2021, 13:37 WIB
Salah satu penampilan tari Jaipongan pada kegiatan Festival Budaya Sunda dengan tema Hajat Budaya Linggawangi, Minggu, 7 Nopember 2021.*
Salah satu penampilan tari Jaipongan pada kegiatan Festival Budaya Sunda dengan tema Hajat Budaya Linggawangi, Minggu, 7 Nopember 2021.* /kabar-priangan.com/Teguh Arifianto/

KABAR PRIANGAN - Puluhan kesenian dan budaya Sunda meramaikan kegiatan Festival Pasar Budaya, Minggu,, 7 Nopember 2021 di lapang Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

Tak hanya kesenian dan budaya, tetapi kegiatan bertemakan Hajat Budaya Linggawangi yang digelar Pemerintah Desa Linggawangi kerja sama Kementerian Kebudayaan RI dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya ini, menghadirkan pula ragam kaulinan budak serta bazar makanan khas Sunda, terutama makanan buhun.

Meski Festival Budaya Sunda sempat diguyur hujan, tapi kegiatan terlihat semarak bahkan meriah. Sejumlah kesenian Sunda dan ditampilkan satu persatu, mulai Gondang, Pencak Silat, Hadroh, hingga seni tari Jaipongan yang membuat ratusan penonton berdecak kagum.

Baca Juga: Kecelakaan Maut, Empat Orang Tewas Terlindas Truk di Tikungan Sanur, Jatinangor Sumedang

"Luar biasa. Kesenian yang sudah jarang ditampilkan kini hadir di depan mata saya. Sangat luar biasa dan saya suka,"kata Heni, salah seorang penonton yang rela kehujanan menyaksikan aksi Jaipongan.

Warga Linggawangi mentaskan tari kesenian Sunda pada kegiatan Festival Budaya Sunda dan rangka Hajat Budaya Linggawangi.*
Warga Linggawangi mentaskan tari kesenian Sunda pada kegiatan Festival Budaya Sunda dan rangka Hajat Budaya Linggawangi.*

Pantauan "KP" di lokasi Festival Pasar Budaya dan Hajat Budaya Linggawangi, sedikitnya ada empat penampilan kesenian Sunda warga pribumi yang tampil. Sebut saja dari komunitas "Rembo" atau Rempugan Ema-ema Milenial Bolodog Hadroh, "Pancaki" atau Paguyuban Aceu-aceu Kaliung Kidul yang mintonkeun Jaipongan, "Pakarang" atau Paguyuban Kelieung Girang yang menampilkan Gondang dan "Hibusini" atau Himpunan Ibu-ibu Sindangraja dengan menampilkan Calung.

Di sela-sela kegiatan, Plt Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Dudu wardiman mengapresiasi kegiatan Festival Budaya Sunda ini.

"Saya mewakili Pak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tasikmalaya merasa bersyukur dan bahagia, karena melalui kegiatan ini, masyarakat Linggawangi sudah mengimplementasikan salahsatu amanat UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,"ucap Dudu.

Baca Juga: Handphone Disita Polisi  untuk Penyelidikan, Sopir Vanessa Angel Akui Ini

Karena, pada UU No 5 Tahun 2017 itu, ada 10 objek Pemajuan Kebudayaan. Hampir semua 10 objek itu kata dia ada di Festival tadi. Seperti kesenian, bahasa, pengetahuan, permainan rakyat, olah raga tradisional.

"Kami di Disdikbud berharap, kegiatan ini berlanjut. Bisa satu minggu sekali, atau pun sebulan sekali untuk melasterasikan seni budaya Sunda yang sudah mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung merusak moral dan prilaku generasi kita,"katanya berharap.

Di tempat sama, Kepala Desa Linggawangi Alam Sungkawa mengungkapkan, tujuan utama kegiatan ini adalah, ingin lebih bisa menggali budaya-budaya yang ada di desa Linggawangi.

"Kami ingin mengembangkan dan menghidupkan kembali seni dan budaya Sunda di wilayah kami. Termasuk kami berharap dengan adanya kegiatan Pasar Budaya, bisa lebih menggali potensi-potensi budaya yang ada di Linggawangi. Sudah waktunya kami dan generasi muda menggarap, merawat, dan mengembangkan seni warisan buhun sebagai jati diri orang Sunda,"katanya.

Baca Juga: Warganet Menunggu Launching Single Baru Amanda Manopo. Govinda: Warga Twitter Cepet Bener Responnya

Sementara itu Sesepuh termasuk tokoh Sunda Tasikmalaya Abah Emus yang juga warga asli Linggawangi menuturkan menggunakan bahasa Sunda.

"Kagiatan ieu teh, estuning ngamumule khasanah wewengkon Linggawangi khususnya, Jawa Barat umumna. Ulah dugika budaya Sunda anu aya di Linggawangi khususna Jawa Barat umumnya ulah nepi ka leungit ilang tanpakarana malah kasilih kunjunti ku budaya-budaya nu sanesna,"kata Abah Emus.

Karena kata Abah Emus, seni budaya Sunda yang dimiliki oleh warga Sunda saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh warga Sunda sendiri sebagai pemiliknya.

"Hiji contohna panyatur budaya Sunda tos leungit 2 juta panyatur bahasa Sunda. Tah ulah dugika kitu kaleled kunu sanes. Ngalangkungan acara ieu, dihudangkeun deui, diwanohkeun deui ka masyarakat. Kitu rupina,cu,"katanya dengan bahasa Sunda yang khas.***

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x