Dikatakannya, dari 11 korban itu, ada di antaranya yang sedang dalam kondisi hamil bahkan ada juga yang sudah melahirkan akibat perbuatan bejad pelaku.
Kini, ke-11 korban kebejdan oknum guru pesantren itu sudah berada di rumahnya masing-masing di Kabupaten Garut.
Dia menyebutkan, begitu mendengar laporan adanya 11 anak santri dari Garut yang menjadi korban rudapaksa oleh oknum guru sebuah pesantren di Bandung, pihaknya langsung melakukan komunikasi dengan para orang tua korban.
Baca Juga: Mengungkap Ramalan Jayabaya Tentang Kondisi Nusantara, Beberapa Sudah Terjadi!
Mirisnya, saat itu sebagian orangtua korban malah belum mengetahui nasib naas yang telah menimpa anaknya.
"Para orangtua dari korban, langsung shock begitu mengetahui jika anak mereka telah menjadi korban rudapaksa. Kami terus memberikan pemahaman dan pendampingan hingga akhirnya mereka bisa menerima hal ini sebagai musibah," katanya.
Menurut Diah, P2TP2A Garut saat ini fokus melakukan pendampingan terhadap para korban.
Setelah para korban kembali ke rumahnya di Garut, mereka langsung menjalani terapi psikologi.
Selain memberikan terapi psikologi terhadap para korban, disampaikan Diah, pihaknya juga melakukan upaya-upaya reintegrasi melalui upaya pendekatan ke aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal korban.