Meski sempat menjejakan kaki di Bali tepatnya saat melakukan kunjungan kebudayaan medio tahun 2006 silam, kesempatan untuk datang untuk kembali ke Bali tetap membuatnya senang.
"Wah, tetap bersyukur lah meski sayang tak bisa bawa anak istri," ujar Otot sembari melirik anak dan istrinya yang setia mendukungnya dari proses pembuatan produk wisata hingga presentasi di Grand Final.
Ide itu sendiri muncul setelah merespon aktivitas anak-anak dalam bermain. Seperti banyak diketahui dan jadi kekhawatiran para orangtua, saat ini kebanyakan anak-anak disibukan dengan gadget ketimbang bermain bersama usia sebaya nya.
"Atas dasar itu paket wisata yang mengkombinasikan
beragam kaulinan barudak dengan badut coba
di tawarkan untuk mengurangi dan mengalihkan kebiasaan bermain anak," ujar dia.
Dengan memperkenalkan kaulinan tradisional yang sudah jarang di temui dan dilakukan anak-anak, ia berharap bisa mengurangi keresahan orangtua yang melihat anaknya keranjingan game online hingga tumbuh rasa kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya kearifan lokalnya.
Baca Juga: Mang Oded dan Filosofi Sayur Lodeh. Ini Pesannya untuk Para Kepala Daerah
Apalagi Bermain merupakan salah satu sifat naluriah anak dan menjadi aktivitas rutin dalam kesehariannya. Saat mereka bermain, terdapat sebuah tindakan sederhana untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya masing-masing.
"Banyak manfaat yang didapat dari bermain, khususnya untuk tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah untuk mengoptimalkan kecerdasan anak secara natural. Selain itu, untuk menambah pengalaman anak, menambah wawasan, dan memupuk rasa cinta terhadap alam serta lingkungan di sekitar tempatnya beraktivitas," kata Otot menambahkan.
Kadisporabudpar Hadian maupun salah seorang juri acara Ervan Kurniawan mengapresiasi kreasi mang Otot. Dia pun meminta Otot terus mempromosikan produk itu dengan segmen utama anak sekolah agar banyak melancong dan datang ke Kota Tasikmalaya.