Hikmah dari sawer ini adalah menghilangkan sifat kikir, jumawa, dan keakuan. Dalam kidung yang disenandungkan tersebut, liriknya penuh dengan petuah.
Baca Juga: Arema FC Kalah dari Persebaya, Peluang Persib Duduki Puncak Klasemen Semakin Terbuka
Setelah itu, gigi anak perempuan digusar dengan koin mas atau uang benggol. Yakni merapikan ujung gigi si anak, yang bermakna pula agar si anak lebih berhati-hati dalam bertutur, dan tidak memasukan makanan atau minuman yang kurang mencerdaskan pada tubuh, sehingga bisa mendatangkan penyakit.
Acara dilanjutkan dengan pemberian nasihat oleh sesepuh setempat. Nasihat selain disampaikan pada si anak yang digusar, juga bersifat umum, yakni mengenai derajat perempuan, atau yang berhubungan dengan keseimbangan kehidupan.
Nasihat disampaikan dengan menggunakan Bahasa Sunda yang penuh seloka, kadang diselingi humor untuk memudahkan penyampaian pada masyarakat.
Baca Juga: Delapan Daerah Sudah Diajukan Sebagai Calon Daerah Otonom Baru oleh Pemprov Jabar. Ini Daftarnya
Acara diakhiri dengan berdoa bersama dan menikmati hidangan yang disediakan oleh keluarga yang menggelar tradisi gusaran.
"Kami masih melakukan tradisi gusaran sebagai upaya ngamumule (melestarikan) budaya dan adat Sunda sebagai bagian dari karunia Tuhan Semesta Alam. Karakter orang Sunda yang humanis, harmonis, dan penuh dengan keindahan, harus terus dimakmurkan," ujar Ki Karnen.
Menurut Ki Karnen, kemajuan dan perkembangan zaman yang terjadi hari ini, jangan sampai membuat kita melupakan tradisi leluhur.
Baca Juga: Panglima Santri Jabar Bereaksi: Tak Elok Tasbihkan Adzan dengan Gonggongan Anjing