Sementara atapnya berbentuk atap tumpang yang disangga empat tiang utama, atau saka guru yang bagian puncaknya dilengkapi dengan mustaka.
“Masjid Besar Tegalkalong ini memang merupakan mesjid pertama di Sumedang. Masjid ini, memiliki sejarah penting dalam perkembangan Islam di Sumedang,” ujar Bahren, yang juga merupakan mantan Ketua Dewan Kerja Mesjid (DKM) Masjid Besar Tegalkalong.
Sejarah mengenai keberadaan Masjid Besar Tegalkalong sebagai masjid pertama di Sumedang ini, dipertegas Ketua Dewan Kebudayaan Sumedang, Tatang Sobana.
Sebagaimana ditulis dalam buku karya Bayu Suryaningrat, kata Apih Tatang (panggilan akrab Tatang Sobana), masjid pertama di Sumedang ini pernah memiliki sejarah kelam.
Dimana, tepat pada Hari Jumat tanggal 18 Oktober 1678 masehi atau 1 Syawal 1089 Hijriah, pusat Kerajaan Sumedang Larang di Tegalkalong, pernah mendapatkan penyerangan dari pasukan Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Cilikwidara.
Kala itu, para pejabat kabupatian dan Pangeran Rangga Gempol III (Pangeran Panembahan) beserta rakyat Sumedang, kebetulan sedang melaksanakan Salat Idul Fitri di Masjid Besar Tegalkalong.
Namun begitu imam selesai membacakan khutbah, tiba-tiba saja semua pintu mesjid sudah dikepung oleh pasukan Kesultanan Banten.
Akibatnya, rakyat dan pejabat kabupatian yang berada di dalam mesjid menjadi panik melihat serangan mendadak, dan langsung melakukan perlawanan seadanya.